Cerita ancaman pembunuhan kepada pejabat negara memang sudah sering terdengar di berbagai negara. Sebagai politisi elit, mereka sudah jelas punya musuh politik yang kadangkala menggunakan segala cara untuk merebut kekuasaan.
Di Indonesia, ancaman pembunuhan kepada elit negara pernah geger di era Presiden SBY. Saat itu, SBY sendiri yang menjadi target walau akhir ancaman itu menguap begitu saja. Tak jelas siapa dalang dan motif di baliknya.
Kini ancaman serupa kembali terjadi di era Jokowi. Sejauh ini, targetnya bukan Jokowi. Walau begitu, empat jenderal di lingkaran Jokowi masuk dalam daftar yang bakal "dilenyapkan".
Mereka adalah Wiranto, Luhut Panjaitan, Budi Gunawan, dan Gories Mere. Dua jenderal  tentara dan dua jenderal polisi. Belakangan, Moeldoko juga mengaku mendapat ancaman serupa sehingga harus meningkatkan kewaspadaan lewat bantuan prajurit Kopassus.
Mereka, para mantan prajurit itu, menurut polisi mendapat ancaman pembunuhan. Namun siapa dalang di balik rencana pembunuhan itu belum dirilis kepolisian.
Ketimbang jadi fitnah, Waketum Gerindra menantang polisi. Menurut Fadli seperti dilansir detikcom, Rabu (29/5/2019), ancaman itu terlalu lebay, ia tak yakin ada rencana seperti itu. Sehingga agar jelas, Fadli meminta polisi untuk mengungkap dalangnya.
Tantangan Fadli ini tentu tak berlebihan. Apalagi persepsi publik secara tidak langsung kini telah mengarah ke kubu capres 02 sebagai aktor di balik rencana itu. Hal ini sangat wajar mengingat panasnya perseteruan politik antara Jokowi dan Prabowo saat ini.
Mampukah polisi meladeni tantangan Fadli? Pertanyaan inilah yang kini memenuhi benak publik. Kapolri Jenderal Tito Karnavian pun memikul tanggung jawab besar untuk menuntaskan rasa penasaran publik tersebut.
Tapi tak semudah itu. Meski Tito sudah mengantongi nama-nama dalangnya, penentu akhir apakah diumumkan ke publik atau tidak, tetap berada di tangan Jokowi. Dan, menurut saya, justru momen pengumuman itulah yang ditunggu-tunggu, terutama oleh dalang pembunuhan itu sendiri.
Sebab sudah jelas, sang dalang tentu bukan orang sembarangan, tetapi orang kuat yang memiliki jaringan dan pengaruh di atas rata-rata. Pada saat itulah terjadi situasi dilematis bagi Jokowi.
Menangkap sang dalang memang bukan perkara sulit bagi Jokowi. Justru bagian tersulit nan peliknya akan terjadi setelah penangkapan. Rawan menimbulkan gejolak sosial politik yang lebih runyam lagi seperti saat ini.
Atas pertimbangan itulah Jokowi kecil kemungkinan menangkap dalang di balik rencana aksi keji tersebut. Biarkanlah itu menjadi kisah politik tingkat tinggi yang menjadi catatan sejarah di era Presiden Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H