Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Wiranto dan OSO Terlibat Cekcok, Siapa Lebih Ajaib?

17 Mei 2019   00:00 Diperbarui: 17 Mei 2019   17:30 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa boleh buat, langkah Hanura harus terhenti di Pemilu 2019. Padahal sejak berdiri, Hanura sudah dua kali ikut pesta demokrasi lima tahunan, dan keduanya lolos ke Senayan. Saat itu, Hanura masih dikomando langsung oleh Jenderal (Purn) Wiranto, sang pendiri sekaligus Ketua Umum.

Di tengah jalan, tepatnya usai reshuffle kabinet Jokowi yang kedua, Wiranto terpaksa melepaskan jabatannya sebagai bos Hanura, tak lama setelah menggantikan Luhut Panjaitan di pos Menkopolhukam. Wiranto tak ingin terbebani rangkap jabatan, sesuatu yang kurang disukai pada awal-awal kabinet.

Lalu muncullah sosok Oesman Sapta Odang alias OSO sebagai suksesor Wiranto. OSO yang saat itu anggota DPD yang tanpa parpol, langsung menduduki jabatan Ketum Hanura. Luar biasa memang. Seorang politisi yang bukan kader parpol manapun, melesat ke kursi Hanura-1.

Sementara Wiranto, kini hanya menduduki posisi Ketua Dewan Pembina Hanura. Sama seperti posisi SBY ketika Anas Urbaningrum memimpin Demokrat.

Kemelut Hanura pun mulai muncul. Ada friksi di antara sesama kader. Hingga mencapai puncaknya ketika Hanura memiliki dualisme kepemimpinan. Sekjen Hanura Sarifudin Sudding menggalang mosi tidak percaya kepada OSO.

Singkat cerita, kehadiran OSO rupanya justru menciptakan situasi yang tidak kondusif. Beruntung, Wiranto sukses mendamaikan dan kembali menegaskan kepemimpinan OSO.

Namun semuanya seolah sudah terlambat. Hanura untuk bertahan saja sebagai "juru kunci" di Senayan saja tak lagi sanggup seperti hasil Pemilu 2014 lalu. Kini, Hanura gagal menembus ambang batas parlemen 4 persen. Hanura menjadi satu-satunya parpol petahana yang terlempar dari Senayan.

Penyesalan kemudian datang. Cekcok pun dimulai antara Wiranto dan OSO. OSO lebih dulu melempar kesalahan kepada Wiranto, saat media massa meminta komentarnya.

OSO dengan lantang menyebut bahwa biang keladi kekalahan Hanura adalah karena Wiranto. OSO tidak mempertegas pernyataannya, kenapa justru Wiranto yang menyebabkan kekalahan Hanura.

Hanya sehari berselang, Wiranto membalas. Ia mengaku menyesal karena telah salah memilih ketua umum partainya, yakni OSO sendiri. Wiranto tak terima karena merasa disudutkan oleh OSO sebagai penyebab kekalahan Hanura.

Bila melihat dinamika tersebut, terbuka peluang Wiranto akan kembali merebut kursi ketua umum partainya. Namun jangan salah, hal itu mungkin tidak semudah yang dibayangkan. Tak lain karena OSO juga dikenal politisi ulung yang kerap menghadirkan keajaiban politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun