Seperti kita tahu, suara PKB sejauh ini berada di kisaran 8 persen, tertinggal dari NasDem di kisaran 10 persen dan Golkar di kisaran 14 persen. PPP sebagai juru kunci karena berada di kisaran 4 persen juga akan mengalami nasib hampir serupa dengan PKB. Sedangkan PDIP yang berada di kisaran 20 persen, dipastikan berhak memborong kursi menteri.
Ketika Cak Imin gagal panen, tak begitu dengan Golkar dan NasDem. Khusus Golkar, periode kedua Jokowi akan menjadi berkah bagi mereka, setelah terlambat bergabung pada periode pertama, usai hengkang dari Koalisi Merah Putih (KMP). Sebagai parpol pengusung dengan perolehan suara terbesar kedua, Golkar kali ini akan panen raya.
Itu artinya bukan hanya Airlangga Hartarto (Menteri Perindustrian) saja yang bakal kembali masuk kabinet. Tetapi posisi menteri lainnya dipastikan akan direbut partai beringin. Jika melihat perolehan suaranya, sangat mungkin Golkar diganjar sebanyak 7-8 kursi menteri.
Nasib mujur juga menghampiri NasDem. Parpol besutan Surya Paloh ini akan semakin berjaya di periode kedua Jokowi. Kali ini, bukan hanya Menteri Perdagangan, Menteri LHK, dan Jaksa Agung saja yang menjadi jatah NasDem. Tetapi bakal bertambah minimal dua kursi lagi. Hal ini sangat logis mengingat meningkatnya suara NasDem di parlemen.
Sisa jatah menteri selanjutnya akan diberikan kepada PPP. Sebagai juru kunci, PPP paling hebat diberikan jatah dua kursi menteri. Hanura tentu tak mungkin dilupakan begitu saja meskipun tak lolos ke parlemen. Sebagai penghargaan, Hanura mungkin akan kembali diberikan satu kursi menteri.
Memperhatikan komposisi menteri asal parpol tersebut, jatah menteri dari kalangan profesional murni juga otomatis akan menyusut. Kini yang tersisa hanyalah kursi Menko Perekonomian, Menlu, Menkeu, serta Menkes.
Begitulah kira-kira cerita seputar gagalnya Cak Imin memanen kursi menteri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H