Dalam berbagai survei politik yang dirilis sejumlah lembaga survei, elektabilitas capres petahana Jokowi-Ma'ruf dinyatakan masih belum aman. Sementara capres penantang Prabowo-Sandi terus menempel ketat. Padahal sisa kampanye tersisa dua bulan sebelum hari pencoblosan.
Salah satu survei yang menyebut posisi Jokowi belum aman adalah PolMark Indonesia. Dalam survei PolMark, seperti dilansir sejumlah media massa, Selasa (5/3/2019), elektabilitas Jokowi masih di angka 40 persen. Sementara angka aman bagi Jokowi, menurut PolMark, adalah di atas 50 persen.
Posisi Prabowo sendiri berada di angka 28 persen. Namun Prabowo masih berpeluang mengejar ketertinggalannya jika mampu meyakinkan pemilih mengambang yang masih cukup besar yakni sekitar 28 persen. Bahkan terbuka peluang Prabowo malah membalikkan keadaan.
Melihat fenomena ini, peran cawapres Kyai Ma'ruf menjadi sangat vital dalam upaya meyakinkan pemilih mengambang. Itu artinya, skenario "perang total" yang diusung Jokowi-Ma'ruf harus lebih banyak diperankan Kyai Ma'ruf.
Meski hanya tersisa dua bulan, peluang kemenangan bagi Jokowi masih terbuka lebar. Itu tadi, dengan syarat Kyai Ma'ruf harus betul-betul terjun ke lapangan untuk meyakinkan pemilih, khususnya mereka dari kalangan pemilih Islam.
Dengan kata lain, kunci Kemenangan Jokowi kini berada di tangan sang cawapres. Kenapa bukan Jokowi yang jadi penentu? Hal ini sangat masuk akal bila mencermati berbagai strategi yang telah dilakukan Jokowi, yang hingga saat ini belum membuahkan hasil maksimal.
Ada kesan, Jokowi sudah terlanjur dicap miring, utamanya tidak pro ulama, sehingga upaya Jokowi menggarap suara cenderung sia-sia. Ceruk suara itulah yang mesti diisi oleh Kyai Ma'ruf.
Berhasilkah Kyai Ma'ruf menambah pundi-pundi suara? Menarik dinantikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H