Capres Prabowo Subianto terlalu polos dan santun. Itulah penyebab kenapa dalam debat yang baru saja usai, Jokowi boleh dikatakan sebagai pemenangnya. Kepolosan dan kesantunan Prabowo itulah yang dimanfaatkan capres Jokowi untuk tampil mendominasi.
Mari ambil contoh salah satu kepolosan Prabowo. Ketika Jokowi menyebut Prabowo memiliki lahan HGU (Hak Guna Usaha) seluas 220 ribu hektar di Kalimantan Timur dan 120 ribu hektar di Aceh Tengah, Prabowo sama sekali tidak menunjukkan perlawanan. Dengan jantan, Prabowo mengakuinya dan siap mengembalikan aset itu kepada negara.
Nah, itulah titik kepolosannya. Boleh saja, dan memang harus jujur, Prabowo mengakuinya, tetapi jangan langsung berhenti di situ. Semestinya Prabowo juga melakukan serangan balik dengan membeberkan data yang diketahuinya. Misalnya, menyebut nama seseorang atau perusahaan yang berafiliasi kepada Jokowi, yang juga menikmati lahan HGU.
Adu data itulah yang kurang dari Prabowo. Boleh saja mengakui tetapi harus pula diikuti data pembanding agar debat berjalan seimbang. Faktanya, Prabowo hanya pasrah saat diserang Jokowi.
Selain polos, Prabowo juga terlihat santun. Namun bukan berarti berharap agar Prabowo marah-marah atau bahkan meninggalkan podium debat. Letak kesantunan Prabowo terlihat ketika mengamini pencapaian yang telah dilakukan Jokowi.
Karena ini debat, Prabowo seyogianya jangan cepat puas dengan paparan Jokowi. Saat punya kesempatan menanggapi, Prabowo mestinya bertanya, "Masa sih begitu?" Pertanyaan ini tentunya akan memancing Jokowi untuk menjelaskan lebih detail hingga kehabisan waktu. Faktanya, Prabowo malah mengapresiasi kinerja Jokowi.
Ada baiknya Prabowo dalam debat capres berikutnya mengubah strategi. Perlu diingat, publik tidak terlalu fokus terhadap apa yang disampaikan tetapi bagaimana cara menyampaikan dan menanggapi.
Sebagai capres penantang, Prabowo wajib tampil lebih berani dan berbeda. Begitulah kunci kemenangan dalam sebuah debat. Itu menurut saya, entah menurut Anda.