Brigadir Jenderal Maruli Simanjuntak resmi dilantik oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) di Lapangan Mako Paspampres, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Rabu (19/12/2018). Dengan pelantikan itu, Maruli dalam waktu dekat akan menambah satu bintang di pundaknya menjadi bintang dua alias Mayor Jenderal (Mayjen).
Semua tahu, Maruli merupakan menantu dari Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan. Maruli merupakan suami dari puteri Luhut bernama Paulina Panjaitan. Maka sulit dihindarkan, karir melesat bak meteor Maruli sedikit-banyak dipengaruhi sang mertua yang saat ini masuk dalam lingkaran utama Presiden Jokowi.
Maruli tergolong perwira tinggi berusia muda. Ia adalah perwira Akabri lulusan 1992. Itu berarti masa bakti Maruli masih cukup panjang. Sama seperti Luhut, Maruli menghabiskan karirnya sebagai perwira di satuan elit Kopassus. Namun yang membedakan keduanya adalah kesempatan untuk mengabdi sebagai komandan di kesatuan teritorial hingga struktural seperti Kepala Staf AD (KSAD).
Bila mencermati perjalanan militer Luhut, ia sama sekali tidak pernah menjabat Pangdam atau jabatan bergengsi untuk bintang dua. Padahal, Luhut mengakhiri karirnya sebagai perwira bintang tiga alias Letjen, sebelum memperoleh kenaikan pangkat menjadi jenderal bintang empat usai pensiun pada masa Presiden Gus Dur.
Satu-satunya jabatan teritorial yang pernah dijabat Luhut adalah ketika menjabat Komandan Korem (Danrem) di Madiun, Jawa Timur pada 1995. Kala itu, Luhut sukses meraih prestasi sebagai Komandan Korem Terbaik di Indonesia. Sejak saat itu, Luhut menghabiskan karirnya di berbagai kesatuan non teritorial, hingga pensiun dengan jabatan terakhir Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat.
Bandingkan dengan menantunya, Maruli Simanjuntak yang berkarir lebih kinclong. Namun era keemasan Maruli mulai bersinar sejak Jokowi dilantik sebagai Presiden pada 2014 lalu. Nama Maruli langsung melejit setelah dipercaya sebagai Komandan Grup A Paspampres, grup yang bertugas mengawal Presiden dan keluarganya. Saat itu, Maruli masih berpangkat Kolonel.
Karirnya kemudian menanjak usai ditunjuk sebagai Danrem 074/Warastratama (Solo). Hingga pada tahun 2017, ia dipromosikan sebagai Wakil Komandan Paspampres, dengan pangkat bintang satu alias Brigjen. Maruli pun sempat dipromosikan sebagai Kasdam IV/Diponegoro sebelum akhirnya ditarik kembali sebagai Komandan Paspampres.
Inilah pembuka kesempatan Maruli melompati karir mertuanya. Sebab lazimnya, perwira yang pernah menjabat Dan Paspampres akan dipromosikan sebagai Pangdam atau jabatan setingkatnya. Salah satu contohnya adalah Mayjen Doni Monardo, yang dipromosikan sebagai Danjen Kopassus, Pangdam Pattimura, dan Pangdam Siliwangi usai menjabat Dan Paspampres. Saat ini, Doni telah berpangkat Letjen dengan jabatan sebagai Sesjen Wantannas.
Dengan karir Maruli yang terus melesat ini, peluangnya makin terbuka lebar menempati berbagai posisi strategis seperti seniornya, Doni Monardo. Peluang Maruli menjadi Danjen Kopassus maupun Pangdam kini terbuka lebar, jabatan yang tidak pernah dinikmati mertuanya, Luhut Panjaitan.
Bahkan, Maruli juga punya peluang yang lebih tinggi lagi semisal menjabat Pangkostrad atau KSAD. Bila "Maruli" yang dalam bahasa Batak bermakna "dipenuhi keberkahan/kesuksesan", mampu menembus kedua jabatan paling bergengsi di tubuh Angkatan Darat itu, Jenderal Luhut tentunya akan sangat bangga.
Tetapi mungkinkah mengingat status Maruli yang berasal dari kalangan berminoritas ganda? Tentu saja sangat mungkin. Setidaknya, Jenderal Maraden Panggabean sudah pernah membuktikannya di era Presiden Soeharto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H