Saya betul-betul merasa kecolongan di Minggu (4/11/2018). Menjelang siang, seorang tetangga berkabar lewat Whatsapp Group (WAG): "Hati-hati, barusan gw lihat foto penculik di komplek kita." Kubalas singkat: "lihat langsung atau hanya foto doang?" Tak lama, ia balas: "Tadi lihat fotonya doang tapi udah rame loh diomongin orang-orang sini," jawabnya lagi. "Awas hoaks bro, sekarang aneh-aneh. Tapi kita tetap kudu waspada," kujawab bijak.
Ponselku berbunyi lagi, sebuah pesan masuk di WAG sama. "Nih buktinya, gimana mau hoaks. Dah bonyok tuh," seru tetangga itu lagi. Kubuka video itu, dan astaga...ternyata lokasi 'syuting' itu memang tak jauh dari rumah, hanya sekitar 100 meter saja. Saya merasa kecolongan, kok peristiwa seheboh ini bisa luput dari pantauan.
Di video itu, seorang pria paruh baya tampak digiring warga. Bajunya sudah dilepas, sedikit darah mengalir di dahi dan pipinya. Pria itu tampak pasrah, tak berkutik di tangan massa.
Kuputuskan mencari informasi langsung dari warga sekitar. Ternyata kejadiannya sekitar pukul 10 pagi, saat ada seorang pria tak dikenal terlihat menggendong seekor kucing di dekat sebuah rumah kontrakan. Saat seorang warga menanyakan kepentingan pria asing itu, ia malah diam dan perlahan meninggalkan lokasi.
Lantaran pria itu hanya diam saja ditambah keanehan menggendong seekor kucing, warga pun mulai curiga: jangan-jangan ini modus mau menculik anak. Dalam sekejap, pria asing itu lantas dikerumuni warga, ditanyakan asal-usul dan kepentingannya. Sayangnya, pria itu malah lebih banyak diam hingga membuat warga makin penasaran.
Saat ditanyai berapa umurnya, pria itu malah menjawab 25 tahun. Padahal dari postur tubuh dan wajahnya, paling tidak dia sudah berumur 40-an tahun. Jawaban inilah yang kian memicu emosi warga, hingga meluncurlah bogem-bogem mentah di tubuh pria asing itu.
Beruntung, lokasi kejadian sangat dekat dengan markas Divisi 1 Kostrad Cilodong. Oleh warga, pria berjins biru itu akhirnya digiring ke sana sembari menunggu anggota kepolisian dari Polsek Sukmajaya, Depok.
Singkatnya, pria itu sebenarnya belum terbukti menculik anak. Akan tetapi, jawaban 'linglung' pria itu tak mengurangi rasa kritis warga. Justru warga kian curiga bahwa pria itu memang sengaja berlagak linglung sebagai modus mengelabui warga.
Sore hari, saya mendapat tautan dari seorang teman lain. Saya membuka tautan itu, rupanya Tribunnews sudah menayangkan kehebohan itu. Isi berita itu persis dengan informasi yang saya peroleh dari warga. "Oh, bagus deh," batinku sembari bersyukur meski tetap merasa cemas juga.
Apa yang dialami warga Cilodong dan mungkin akan dialami warga lain bila menyaksikan peristiwa serupa, sebetulnya sangat bisa dimaklumi. Masyarakat saat ini sudah dalam tahap resah terhadap rumor penculikan anak yang marak beredar di media sosial. Modus pelaku penculikan anak itu antara lain, pura-pura gila, menawarkan barang dagangan dan lainnya.
Beragam modus itulah yang menyebabkan warga semakin waspada. Sehingga terduga penculik yang terlihat linglung akan cenderung dianggap sebagai terduga penculik yang memang berpura-pura linglung.
Ironisnya, berbagai rumor penculikan anak tersebut ternyata hoaks yang memang sengaja diciptakan. Meski motifnya belum terungkap secara detail, yang jelas pihak kepolisian telah menangkap dan menetapkan beberapa tersangka atas kasus penyebaran hoaks penculikan anak. Kita berharap aparat kepolisian membongkar habis jaringan penyebar hoaks yang telah meresahkan itu.
Namun begitu, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan. Mari menjaga anak-anak kita dari tangan-tangan tak berperikemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H