Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Italia Mulai Khawatir Rendahnya Angka Kelahiran Bayi

1 November 2018   00:13 Diperbarui: 1 November 2018   00:56 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak anak banyak rezeki. Pepatah ini sudah lama ditinggalkan Indonesia sejak pemerintahan Soeharto meluncurkan Program Keluarga Berencana (KB). Pepatah itu pun menjadi kian kurang populer di masa sekarang, ketika banyak pasangan suami-istri yang secara sadar mengerem jumlah kelahiran anak. Kampanye KB pemerintah bisa dikatakan berjalan sukses.

Program KB memang digagas untuk menjaga keseimbangan gizi dan pendidikan yang akan diperoleh anak kelak. Jangan sampai gizi maupun pendidikan menjadi terganggu karena orangtua dibebani jumlah anak yang terlalu banyak. Ujung-ujungnya, masa depan anaklah yang menjadi taruhan.

Namun ternyata, di benua Eropa yang terjadi justru sebaliknya. Penduduk di sana malah membatasi jumlah kelahiran anak meskipun tanpa kampanye dari pemerintah. Fenomena ini sudah berlangsung cukup lama. Warga Eropa cenderung ingin menikmati kehidupannya sendiri dengan membatasi jumlah keturunan. Bahkan tak jarang terdengar bahwa suami-istri di Eropa sengaja memilih tidak berketurunan.

Italia menjadi salah satu negara Eropa yang tidak menganjurkan program KB. Justru sebaliknya, mempersilakan warganya untuk berketurunan. Masalahnya, jangankan di wilayah perkotaan, penduduk di pedesaan Italia saja sudah mulai malas berketurunan.

Itu sebabnya pemerintah Italia sudah bersiap memberikan hadiah kepada keluarga yang memiliki anak lebih dari dua orang. Hadiah itu berupa sebidang tanah yang diberikan untuk dikelola selama 20 tahun. Dengan kata lain, penduduk yang punya tiga orang anak akan menikmati sebidang lahan untuk diusahai selama 20 tahun.

Rencana ini, seperti dilansir dailymail.co.uk, Rabu (31/10/2018), sudah mulai dibahas pemerintah dan bakal diterapkan pada 2019 hingga 2021. Menteri Pertanian Italia Gian Marco Centinaio mengatakan, kebijakan ini ditempuh untuk mengantisipasi rendahnya angka kelahiran bayi di negaranya. Jika dibiarkan, pemerintah Italia akan kekurangan jumlah penduduk secara drastis.

Apalagi, Italia saat ini menjadi negara paling rendah di benua Eropa soal tingkat kelahiran. Tahun lalu, hanya sekitar 464.000 kelahiran yang tercatat. Hal ini dikhawatirkan menjadi bom demografi bagi Italia.

Ternyata, kondisi serupa juga dialami Amerika Serikat. Berdasarkan laporan Kompas, angka kelahiran bayi pada 2017 di AS turun menjadi yang terendah sejak 1987. Selama 2017, bayi yang lahir di AS hanya sebanyak 3,85 juta bayi atau turun sebanyak 77 ribu bayi bila dibandingkan dengan tahun 2016.

Walau tak langsung dirasakan, menurunnya angka kelahiran akan berdampak pada jumlah angkatan kerja di masa mendatang. Dengan semakin sedikitnya tenaga kerja, itu berarti ikut mengurangi produktivitas dan pendapatan pajak yang bakal diperoleh negara.

Jika Indonesia sudah meninggalkan pepatah banyak anak banyak rezeki, Italia malah mulai ingin memulainya. Bahkan, Indonesia diketahui bakal menikmati bonus demografinya dalam waktu tak lama lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun