Pernah satu kelas kuliah dengan seorang bintang itu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Apalagi sang bintang bukan sekadar bintang tetapi memang betul-betul bintang. Kala itu, tahun 2004 tepatnya, stasiun televisi RCTI memperkenalkan Indonesian Idol, sebuah ajang pencarian bakat menyanyi yang ternyata sangat digemari masyarakat Indonesia.
Semua heboh mendukung jagoan masing-masing dengan cara mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya. Mirip sebuah polling yang belakangan marak dilakukan politisi di media sosial. Bedanya, polling yang digelar Indonesian Idol masih menggunakan pulsa biasa, bukan pulsa data.
Joy Destiny Tobing akhirnya dinobatkan sebagai Juara 1 Indonesia Idol generasi pertama. Seorang wanita muda yang masih berstatus mahasiswi di sebuah kampus swasta di Jakarta. Joy, begitu ia akrab disapa, menjadi idola semua masyarakat Indonesia. Joy menjadi bintang terkenal hingga mendapat tawaran menyanyi di dalam maupun luar negeri. Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) khususnya Fakultas Sastra (FS) sedikit terangkat namanya, menjadi obat pelipur lara ketika nama UKI dicap kurang enak waktu itu.
Joy adalah mahasiswi angkatan 1998 di FS UKI, sedangkan saya lebih muda tiga tahun yang masuk FS UKI pada 2001. Sebetulnya, sebelum menyabet juara pertama Indonesian Idol, Joy sudah lama terkenal sebagai penyanyi. Prestasinya di dunia tarik suara sudah dimulai sejak ia masih belia. Alasan itu pulalah yang akhirnya membuat kuliah Joy sedikit terlambat karena harus mengambil cuti kuliah.
Karena ia pernah cuti kuliah, saya pun menjadi punya kesempatan belajar satu kelas dengannya, tak lama setelah ia menjuarai Indonesian Idol. Di situlah rasa bangga itu hadir ketika belajar satu kelas dengan seorang bintang. Sayangnya, waktu itu media sosial belum seheboh sekarang sehingga tidak punya kesempatan untuk berfoto-foto dengan "beliau". Hehehe. Beruntungnya lagi, kami sama-sama lulus pada 2006. Saat acara wisuda berlangsung di Jakarta Convention Center, Joy pun tampil di atas panggung dengan menyanyikan lagu andalannya Semua Karena Cinta.
Kesibukan Joy setelah lulus kuliah dan resmi bergelar Sarjana Sastra (SS), terus berlanjut di dunia seni. Selain menerima job menyanyi, Joy juga aktif sebagai guru vokal. Belakangan, Joy juga didaulat sebagai duta sebuah rumah sakit di Tiongkok. Tugasnya adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengobatan yang menggabungkan metode klinis dan alami di Guangzhou Meio Cell Hospital, Tiongkok. Joy bercerita, inovasi kesehatan di Tiongkok sangat pesat, salah satunya memperkenalkan pengobatan kanker tanpa harus kemoterapi melainkan melalui pengobatan alami.
Dunia seni akhirnya mengantarkan Joy ke dunia yang lain yakni dunia politik. Sejak 2015, dia bersama artis senior Roy Marten resmi masuk sebagai pengurus di Partai Demokrat besutan SBY. Roy Marten dipercaya sebagai anggota Dewan Pembina sedangkan Joy dipercaya sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi Kreatif dan Perlindungan Hak Cipta.
Beberapa hari lalu, Joy mengirimkan tautan di sebuah grup Whatsapp alumni FS UKI. Ia meminta anggota grup untuk melakukan "vote" atas nama dirinya sendiri sebagai calon legislatif (caleg) Demokrat untuk DPR RI. Ternyata, di Pemilu 2019 nanti, Joy Tobing adalah caleg nomor urut 5 Demokrat yang ditempatkan di Dapil Jakarta 2, meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Luar Negeri.
Sudah pasti saya langsung mengklik vote atas nama Joy, meski vote itu hanyalah salah satu cara untuk mengetahui popularitas seorang caleg. Penentu apakah Joy berkesempatan mencicipi kursi Senayan seluruhnya tergantung kepada warga Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan WNI yang bermukim di luar negeri pada saat pencoblosan nanti.
Kini Joy akan mencoba takdir barunya di dunia politik. Sama seperti dulu, Joy dalam berbagai kesempatan selalu ingin menjadi berkat bagi sesama manusia. Selamat berjuang, Senior.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H