Pilkada serentak 2018 bakal berlangsung pada Rabu 27 Juni nanti atau tersisa dua pekan lagi. Dari 171 pilkada di Indonesia, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Provinsi Sumut adalah salah satu daerah yang bakal menggelar pemilihan bupati dan wakil bupati untuk periode 2019-2024. Kali ini, Pilkada Taput diikuti tiga pasangan kontestan.
Pertama, pasangan Nikson Nababan-Sarlandy Hutabarat dengan nomor urut 1. Kedua, pasangan Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat (JTP) berpasangan dengan Prengky P Simanjuntak dengan nomor urut 2. Ketiga, Chrismanto Lumbantobing dan Hotman P Hutasoit dengan nomor urut 3.
Nikson adalah petahana bupati yang didukung koalisi PDIP sementara JTP yang sebelumnya menjabat Kapolres Taput diusung koalisi Gerindra. Adapun Chrismanto yang putera mantan Bupati Taput, Torang Lumbantobing melaju dari jalur independen alias tanpa partai.
Lantas kenapa Nikson-Sarlandy pasti menang telak? Cukup sederhana jawabannya. Tetapi bila disimpulkan, ada tiga alasan kenapa Nikson menang telak. Yakni, prestasi, Djarot, dan Jokowi.
Mari kita urai satu per satu. Dari sudut pandang prestasi, Nikson selama menjabat 3,5 tahun ini, telah banyak melakukan terobosan pembangunan di seluruh Taput.
Di sektor pendidikan, Nikson telah sukses membebaskan pungutan uang sekolah dari SD hingga SMA. Di sektor kesehatan, Nikson juga telah mewujudkan fasilitas yang memadai seperti pelayanan 24 jam Puskesmas serta menghadirkan dokter-dokter spesialis di RSUD Tarutung, rumah sakit milik Pemkab Taput. Di sektor pertanian, melalui pemberian pupuk bayar paska panen kepada petani, di samping pemberian bantuan peralatan pertanian yang tergolong masif.
Tak ketinggalan, konsep pembangunan yang diusung Nikson sama persis dengan konsep pembangunan Jokowi. Yakni dengan memprioritaskan akses infrastruktur yang memadai. Terbukti, Nikson selama memimpin telah banyak membuka akses jalan ke desa-desa terpencil di Taput, kawasan desa yang sebelumnya luput dari perhatian pemerintah.
Kualitas jalan ditingkatkan menjadi aspal hotmix yang otomatis menimbulkan efek positif bagi perekonomian masyarakat setempat. Bahkan, pengoperasian Bandara Internasional Silangit baru terwujud pada era Nikson dan Jokowi.
Kemudian dari faktor Djarot atau lebih lengkapnya Djarot Saiful Hidayat yang juga bertarung di Pilgub Sumut didampingi cawagub Sihar Sitorus. Kenapa Djarot mempengaruhi kemenangan Nikson? Hal ini karena keduanya adalah kader PDIP dan secara kebetulan juga berhadapan dengan kandidat yang diusung Gerindra baik di Taput maupun di Sumut. Itu berarti, Nikson dan Djarot akan bertarung mewakili PDIP untuk menghadapi calon yang dijagokan Gerindra. Sehingga adu gengsi akan sangat terasa di sana. Bagi warga Taput, memilih Nikson akan menjadi satu paket dengan memilih Djarot.
Apalagi, PDIP selama ini dikenal dan dekat di hati mayoritas masyarakat Sumut, ditambah lagi figur Djarot yang terkenal tegas dan bersih saat mendampingi Ahok maupun saat memimpin DKI Jakarta sebagai Gubernur. Dalam hal ini, jalan Nikson untuk menuju dua periode memimpin Taput akan semakin mulus.
Terakhir, berkaitan dengan faktor Jokowi. Sudah jelas, Jokowi di Tapanuli merupakan sosok yang diidolakan. Sehingga gaung #2019GantiPresiden dipastikan meredup di sana karena kuatnya figur Jokowi. Secara langsung, popularitas Jokowi di Tapanuli dipastikan juga mempengaruhi elektabilitas Nikson-Sarlandy. Dengan memilih Nikson-Sarlandy, itu sama saja dengan mendukung Jokowi untuk kembali terpilih sebagai Presiden pada tahun depan.