Luhut Binsar Panjaitan atau biasa disingkat LBP atau Luhut, rasanya tidak berlebihan bila dianugerahkan predikat "Putera Batak Paling Peduli Kampung Halaman". Tunggu dulu, bukan karena Luhut saat ini sedang dekat dengan kekuasaan sehingga ia berhak menyandang gelar terhormat itu.Â
Jauh sebelum berada di lingkaran inti pemerintahan Jokowi-JK, LBP telah membuktikan kepedulian luar biasa terhadap kampung halamannya. Tidak saja kampung tempat dia dilahirkan, tetapi mencakup seluruh Tanah Batak.
Kiprah kepedulian Luhut terhadap kampung halamannya dimulai sejak tahun 2000 lalu dengan mendirikan Institut DEL di Laguboti, Tobasa. Sektor pendidikan memang selalu menjadi andalan para perantau Batak, yang diyakini teguh sebagai jalan satu-satunya menuju kesejahteraan. Tanpa pendidikan mumpuni, mustahil orang Batak mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional. Itu keyakinan yang terus dipegang teguh sejak dahulu hingga masa kini oleh masyarakat Batak.
Tetapi LBP rupanya menginginkan lebih. Institut DEL yang kemudian diikuti SMA DEL belum cukup bagi Luhut. Sasaran berikutnya adalah sektor ekonomi dan bisnis. Maka pesona Danau Toba yang sejak lama mati-suri dibangunkan Luhut lewat terobosan pariwisata.
Jika selama ini pengelolaan Danau Toba disebut mandeg lantaran kurang kompaknya 7 kabupaten pemilik Danau Toba, Luhut seperti tak percaya. Jurus "buldoser" LBP siap mengubur seluruh sifat ego masing-masing Pemda tersebut.
Jauhnya jarak antara bandara terdekat di Medan ke Danau Toba yang harus ditempuh lewat darat selama 6 jam, sebetulnya sudah sering dijadikan alasan klasik kenapa pariwisata Danau Toba sulit bergeliat. Walau klasik, pemerintah seperti menutup mata hingga pengoperasian bandara Silangit di Siborongborong di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi kurang optimal. Padahal, bandara Silangit tergolong sebagai gerbang utama menuju Danau Toba.
Secepat kilat, Luhut atas restu Presiden Jokowi kemudian "membuldoser" Silangit hingga pada akhirnya diresmikan Jokowi tahun lalu sebagai bandara bertaraf internasional, yang mampu menampung pesawat terbang berbadan lebar.Â
LBP beberapa kali mengecek langsung perkembangan bandara Silangit yang sebelumnya hanya berstatus bandara kecil. Penerbangan rute Jakarta-Silangit, Batam-Silangit, bahkan Medan-Silangit akhirnya menghiasi langit di atas Danau Toba. Kurang dari sejam, Danau Toba akan terhampar indah setelah wisatawan mendarat di Silangit.
Selesai dari Silangit di Tapanuli Utara, LBP selanjutnya bergeser ke bandara Sibisa di Kabupaten Tobasa. Sama seperti Silangit, bandara Sibisa selama ini dikenal sebagai bandara perintis yang nasibnya seperti hidup segan mati tak mau. Uniknya, jarak antara Silangit-Sibisa hanya sekitar 70 kilometer yang bisa dijangkau lewat perjalanan darat kurang lebih 1,5 jam saja. Sekilas, pembangunan bandara Sibisa seperti kurang efisien lantaran terlalu dekat dengan Silangit yang telah beroperasi penuh.
Akan tetapi, Luhut memandangnya sebagai bentuk "memanjakan" wisatawan. Ini karena dekatnya jarak antara Sibisa ke Danau Toba, bahkan bisa ditempuh dengan hanya berjalan kaki saja. Nantinya, wisatawan akan diberikan dua pilihan. Mau melancong ke Danau Toba di sekitar Silangit atau pelesiran ke Danau Toba di kawasan Sibisa. Keduanya menawarkan pemandangan indah Danau Toba.
Kini, pengerjaan bandara Sibisa tengah dikebut. Persoalan lahan yang selama ini dituding sebagai biang kerok lambannya pengembangan bandara tersebut, juga telah diselesaikan oleh Kementerian LHK yang kebetulan berada di bawah koordinasi Luhut sebagai Menko Kemaritiman. Seperti Silangit, Sibisa nantinya akan disulap menjadi bandara dengan landasan pacu 2.400 meter hingga 2.500 meter.Â
Itu artinya, Sibisa juga akan bisa menampung pesawat berbadan lebar. Kendala biaya juga dengan sigap dituntaskan LBP dengan melobi Bank Dunia untuk mengucurkan bantuan hingga Rp 1,3 triliun. Dana itulah yang akan digunakan untuk menjadikan Sibisa sebagai bandara kelas internasional di tepian Danau Toba.
Target 20 Juta Wisatawan dan Peran Masyarakat
Kerja keras LBP memoles Silangit dan Sibisa tentunya berkaitan dengan target pemerintah merealisasikan kunjungan turis asing sebanyak 20 juta orang ke Indonesia pada 2019. Nah, salah satu dari 10 destinasi wisata unggulan Indonesia adalah Danau Toba. Sehingga dengan beroperasinya Silangit dan Sibisa, target menarik wisatawan diyakini akan jauh lebih mudah. Turis asing nantinya akan bisa terbang langsung dari Jakarta atau Singapura ke Danau Toba.
Namun LBP juga menginginkan agar masyarakat Batak di kawasan Danau Toba memberikan dukungan penuh. Luhut tidak meminta partisipasi dalam bentuk materi, tetapi cukup melalui kontribusi yang cukup mudah dilakukan. Yakni dengan menjaga kebersihan Danau Toba, meningkatkan mutu pelayanan pariwisata, dan tetap menjaga nilai-nilai luhur budaya masyarakat Batak. Itu saja yang diharapkan LBP.
Meski tergolong mudah dilakoni, LBP tetap memastikannya dengan menggandeng instansi gereja maupun masyarakat setempat. Maka dalam setiap kunjungannya ke Tanah Batak, LBP tak henti-henti menyuarakan agar masyarakat Batak ikut menjaga kelestarian Danau Toba. Terpenting lagi, LBP selalu menggarisbawahi agar masyarakat Batak tetap menjadi tuan di tanahnya sendiri.
Mencermati perhatian LBP ke tanah leluhurnya tanpa melupakan peran tokoh-tokoh Batak lain sebelumnya, terobosan yang dilakukan Luhut harus diakui jauh lebih terasa. Bukan melulu akibat kedekatannya dengan Jokowi, sebab para pendahulu LBP pun, ada juga yang dekat dengan penguasa pada masanya. Itulah yang membuat LBP berbeda. Dia memang dekat dengan penguasa, tetapi kontribusinya terhadap kampung halaman juga sangat terasa.
Maka predikat "Putera Batak Paling Peduli Kampung Halaman" sungguh layak disandang Luhut Binsar Panjaitan.
Horas...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H