Lagu yang sedang dinyanyikan itu akan "diinterupsi" oleh pembawa acara hingga beberapa kali. "Stop dulu, siapa kira-kira yang ingin menyumbang dana untuk persembahan lagu ini," begitulah kiat pembawa acara yang kemudian disambut jemaat yang biasanya tergugah untuk merogoh koceknya lagi. "Dua juta rupiah," sahut jemaat A. Tak lama, pembawa acara melakukan aksi serupa, hingga beberapa jemaat lain menyanggupinya lagi.
Ulos, kain khas Batak juga masuk dalam daftar andalan mencari dana. Ulos yang biasanya berharga jutaan rupiah itu akan dilelang kembali dengan harga yang lebih tinggi. Jika harga beli ulos sebenarnya di angka Rp 1,5 juta, maka akan dilelang kembali dengan harga di kisaran Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta. Kembali, jemaat akan dirayu oleh pembawa acara untuk merogoh koceknya lebih dalam lagi.
Begitulah kiat panitia Pesta Pembangunan Pos Parmingguon HKBP Cilodong hingga pada ujung acara sukses mengumpulkan dana sebesar Rp 365 juta. Dana ratusan itu diperoleh hanya dalam sehari saja, bahkan kurang dari 24 jam. Panitia sumringah, jemaat pun bangga.
Oh ya tak lupa, sebagai bentuk apresiasi dari panitia, jemaat penyumbang terbesar diberikan cenderamata berupa cincin emas yang langsung disematkan oleh pendeta resort dan pengurus gereja lainnya. Jemaat yang berhak menerima cenderamata tersebut adalah mereka yang menyabet gelar juara satu, juara dua,dan juara tiga dalam nominasi penyumbang terbesar.
Dengan terkumpulnya dana Rp 365 juta tersebut, pembangunan gereja HKBP Cilodong akan semakin mulus, walau dana tersebut diyakini panitia masih belum mencukupi. Sejauh ini, lahan gereja sudah sukses dibeli, dan kini tinggal pembangunan fisik gedung gerejanya. Satu lagi, izin pembangunan gereja dari Pemkot Depok dan warga sekitar tentu harus dikantongi terlebih dahulu.
Horas Indonesia
Jemaat Pos Parmingguon HKBP Cilodong
