Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Fenomena "Pelakor" Merambah ke Sektor Migas

24 Maret 2018   12:47 Diperbarui: 24 Maret 2018   12:50 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi Keselamatan Migas (Pribadi)

Entah siapa yang memulai, yang jelas fenomena maraknya perebut laki orang alias "pelakor", belakangan kerap menjadi perbincangan hangat. Kehebohan fenomena itu tergambar jelas baik melalui status di media sosial atau dengan mengunggah sebuah video tentang bagaimana tersangka "pelakor" mendapat hukuman. Paling fenomenal tentu saja aksi Bu Dandy yang "menghujani" duit kepada seorang perempuan tersangka pelakor. Lalu ada lagi video serupa tetapi kali ini tersangka pelakor justru dipermalukan di hadapan umum.

Fenomena pelakor yang menghebohkan itu ternyata mampir juga di kalangan pekerja migas. Diketahui, mayoritas pekerja migas mayoritas adalah kaum laki-laki. Sudah begitu, pekerja migas juga identik dengan pria berkantong tebal dengan kehidupan serba berkecukupan. Namun yang paling penting, pekerja migas saat bekerja di lapangan sangat rawan dengan "pelakor".

Tetapi tunggu dulu, pelakor yang dimaksud di sini bukanlah seperti yang terjadi di atas. Tetapi lebih kepada pentingnya menjaga keselamatan kerja saat bertugas. Kelalaian dan kurangnya perencanaan keselamatan kerja cenderung mengakibatkan pelakor alias "penyebab lahirnya korban".

"Safety bukanlah sebuah keberuntungan tetapi wajib dipersiapkan," begitulah pesan Mirza Mahendra, Kasubdit Keselamatan Hilir Migas, Ditjen Migas, Kementerian ESDM di Yogyakarta, Kamis (22/3/2018). Hal tersebut dikatakan Mirza dalam acara "Safety Campaign Pemurnian dan Pengolahan (Refinery)" yang digelar di Yogyakarta. Peserta acara ini sendiri terdiri dari manajemen Refinery, manager-manager, Wakil Kepala Teknik dari Unit Pemurnian dan Pengolahan milik Pertamina.

Budaya keselamatan, papar Mirza, seyogianya dijadikan sebagai budaya. Ia mengambil contoh tentang tradisi ketupat di setiap Lebaran. Meski ketupat bukan sesuatu yang diwajibkan dalam merayakan Lebaran, tetapi tradisi itu sudah terbentuk sejak lama dan berubah menjadi sebuah budaya. "Sehingga rasanya kurang lengkap kalau Lebaran tanpa ketupat. Nah, budaya keselamatan semestinya harus begitu," papar Mirza.

Nah, agar pelakor bisa dihindari, Mirza menyarankan agar selalu "setia" alias selalu bertindak aman. Dengan menerapkan prinsip "setia", Mirza optimistis fenomena "pelakor" di kalangan pekerja migas akan menjadi lebih sedikit. Prinsip "setia" itu di antaranya selalu mematuhi unsur-unsur safety serta rutin dan berkala melakukan pemeriksaan peralatan kerja. "Sekali lagi, safety bukanlah sebuah keberuntungan tetapi wajib dipersiapkan," pungkas Mirza.

Mungkin, bila mengutip pernyataan Kepala BSSN beberapa waktu lalu, pelakor yang dimaksud di sini adalah hoaks yang membangun. Selamat berakhir pekan.

Jauhi Pelakor Tetaplah Setia

Sebagian materi telah ditayangkan juga diSINI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun