Dua alumni menteri Gus Dur kini sedang terlibat pertarungan politik yang seru. Keduanya yakni Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa berhadapan untuk ketiga kalinya dalam ajang perebutan kekuasaan di Pilgub Jawa Timur (Jatim). Kali ini, Khofifah yang agaknya bakal memenangi pertandingan.
Di atas kertas survei, Khofifah yang berpasangan dengan Emil Dardak sejauh ini masih unggul dari Gus Ipul-Puti Soekarno. Setidaknya itu yang terekam dalam survei Poltracking Indonesia yang menempatkan Khofifah-Emil di urutan pertama dengan tingkat elektabilitas sebesar 42,2 persen. Sementara Gus Ipul-Puti Soekarno terpaut lumayan jauh dengan mengantongi tingkat elektabilitas sebesar 35,8 persen.
Namun sebanyak 21,8 persen diketahui masih belum memutuskan pilihannya. Mereka inilah yang disebut sebagai massa mengambang alias swing voters, yang lazimnya menjadi rebutan para kandidat. Berkaca dari pengalaman masa lalu, peluang terbesar meraup swing voters sepertinya akan jatuh ke tangan Khofifah. Ini tidak terlepas dari rekam jejak Khofifah yang lebih "tragis" ketimbang Gus Ipul.
Diketahui, Khofifah dan Gus Ipul sudah dua kali bersua dalam Pilgub Jatim. Dalam dua kali pula, Khofifah selalu kandas dengan selisih perolehan suara tipis. Khofifah dua kali takluk saat berhadapan dengan pasangan Pakde Karwo-Gus Ipul. Tentu itu merupakan pengalaman yang sangat pahit bagi Khofifah, ketika harus menelan dua kali kekalahan menghadapi pasangan cagub-cawagub yang sama.
Kali ini, Gus Ipul kembali ingin menghadang langkah Khofifah. Pakde Karwo yang tak lagi diperkenankan oleh konstitusi untuk menjajal Pilgub ketiga kalinya, kini diwakili oleh Gus Ipul yang mencoba naik kelas menjadi orang nomor satu di Jatim. Khofifah dan Gus Ipul pun kembali bertarung untuk ketiga kalinya.
Kondisi dua kali keok ditambah kemungkinan munculnya rasa "kejenuhan" terhadap Gus Ipul selama 10 tahun menjabat Wagub Jatim, bukan tidak mungkin menjadi modal tambahan bagi Khofifah untuk menggaet suara massa mengambang. Khofifah tidak ada salahnya jika harus "menjual" pengalaman pahitnya selama dua kali bertarung. Sebagai masyarakat berbudaya timur, ada kemungkinan warga Jatim akhirnya sampai pada fase tak enak hati pada Khofifah. Rasa kasihan itulah yang bakal memuluskan langkah Khofifah.
Tentu tidak ada yang salah seandainya Khofifah berkampanye tentang kerja kerasnya yang telah berjuang selama 15 tahun merebut hati warga Jatim. Kampanye seperti itu merupakan strategi yang berpeluang mendapat simpati. Massa mengambang akan melihat bagaimana perjuangan Khofifah yang tidak mau menyerah meski harus meninggalkan jabatan Menteri Sosial di Kabinet Kerja Jokowi.
Di saat bersamaan, Gus Ipul agaknya tidak bisa berbuat banyak terhadap massa mengambang. Gus Ipul sudah selama 10 tahun memimpin Jatim bersama Pakde Karwo. Sehingga akan ada rasa jenuh masyarakat Jatim kepada pemimpin yang itu-itu saja.
Sekarang tinggal bagaimana Khofifah meracik strategi kampanye berdasarkan pengalaman pahitnya. Berhasilkah Khofifah?
Artikel ini telah ditayangkan juga di SINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H