Prabowo Subianto tetap bertengger di posisi nomor dua setelah Jokowi sebagai capres paling potensial di Pilpres 2019. Belum ada sosok yang mampu menguntit elektabilitas mereka. Sehingga bagian paling seru di pesta demokrasi tahun depan adalah menebak-nebak siapa cawapres yang mendampingi Jokowi dan Prabowo. Posisi cawapres kini berubah menjadi bagian penentu kemenangan, bukan lagi sekadar mendompleng popularitas sang capres.
Seiring dengan itu, sejumlah nama cawapres yang berpotensi mendongkrak perolehan suara bagi Jokowi maupun Prabowo kini mulai beredar. Antara lain, AHY, Cak Imin, dan Anies Baswedan. Kemudian, dari ketiga cawapres ini, nama Anies Baswedan muncul sebagai figur yang paling potensial mendampingi Prabowo. Anies berbeda dengan AHY dan Cak Imin yang masih mencari formula tepat koalisi apakah bergabung Jokowi atau Prabowo.
Sehingga, perjudian politik paling berani pun tampaknya akan terjadi apabila Prabowo nantinya betul-betul didampingi Anies. Apalagi, berdasarkan lembaga survei Populi Center, Jumat (1/3/2018), Anies mengantongi 12,8 persen sebagai sosok yang paling berpotensi mendampingi Prabowo. Dalam survei yang dilakukan di 120 kecamatan yang tersebar di 34 provinsi pada 7-18 Februari 2018 itu, Anies mengalahkan AHY maupun Gatot Nurmantyo.
Bagi Prabowo, Pilpres 2019 merupakan pertarungan yang ketiga kalinya setelah dua kali berturut-turut mengalami kekalahan. Jika kembali kalah, ia akan mencatat rekor buruk yakni beruntun sebanyak tiga kali mengalami kekalahan. Tetapi jika menang, ia akan mengakhiri petualangan politiknya dala 15 tahun terakhir dengan catatan manis.
Namun apapun itu, Prabowo sudah terlanjur masuk arena pertandingan. Sebagai sosok yang berkuasa menentukan arah politik Gerindra, Prabowo sepertinya akan kembali mencoba melawan Jokowi untuk kedua kalinya.Â
Setidaknya, ia tidak akan menyesali langkah politiknya seperti yang terjadi saat memenangkan Jokowi-Ahok di Pilgub DKI. Tak lama, Jokowi dan Ahok justru menjadi lawan politiknya. Sehingga pilihan untuk kembali bertanding di Pilpres 2019 merupakan yang terbaik bagi Prabowo.
Bagi Anies, menjadi cawapres Prabowo juga menjadi pertaruhan politik luar biasa. Sebab ia harus rela kehilangan jabatan bergengsi Gubernur DKI tanpa adanya jaminan kemenangan yang pasti. Anies harus lebih dulu meletakkan jabatannya baru berhak sebagai cawapres. Hal itu sesuai dengan aturan terbaru sebagaimana dimuat dalam UU Pilkada.
Dalam hal ini, Jokowi lebih beruntung ketika bertarung di Pilpres 2014 lalu. Andai Jokowi kalah, ia masih bisa kembali menjabat Gubernur DKI. Sedangkan aturan terbaru, Anies terpaksa harus memberikan kursi gubernurnya kepada Sandiaga Uno. Menang atau kalah.
Risiko politik itulah yang membuat Anies barangkali akan lebih berhati-hati seandainya dipinang Prabowo sebagai cawapres. Tetapi di sisi lain, Anies juga berpeluang naik kelas menjadi RI 2 jika Jokowi ternyata takluk di ronde dua melawan Prabowo. Sementara bagi Prabowo yang mulai memasuki usia senja, inilah kesempatan terakhir baginya untuk mengetahui keberuntungan politiknya.
Sayangnya, tidak ada yang tahu apakah Prabowo-Anies sukses menjungkalkan Jokowi. Satu-satunya cara mengetahui itu adalah dengan bertarung di arena Pilpres 2019. Itu artinya, Prabowo-Anies harus berani melakukan perjudian politik yang betul-betul berharga mahal. Beranikah Prabowo-Anies?
Artikel ini telah ditayangkan juga di SINI