Sedangkan Megawati dan Wiranto memilih mundur teratur dari arena. Mungkin takut hattrick pula nantinya. Bukan hattrick dengan memasukkan tiga gol, tetapi malah kebobolan tiga gol. Sakit, dong!
Tetapi siapa yang tahu jika Prabowo memang ingin mematahkan tradisi pencapresan itu dengan kembali mencalonkan diri sebagai presiden. Namun jika kembali kalah, ya pasti hattrick. Mau? Sedangkan SBY yang sudah kali menjabat Presiden, rasa-rasanya tidak lagi tertarik untuk kembali ke Istana. Cukup memainkan catur politiknya dari Cikeas.
Atas pertimbangan hattrick itulah, Prabowo kemungkinan akan legowo merestui capres lain di luar dirinya. Dan yang paling mampu meraup simpati publik sejauh ini hanya Jenderal Gatot. Maka jadilah Prabowo merestui Gatot sebagai capres yang selanjutnya akan dipasangkan dengan cawapres dari Demokrat dan PKS. Komplit sudah, Gatot akan dengan percaya diri melaju ke arena pencapresan dengan dukungan partai politik yang lebih dari cukup.
Jika itu yang terjadi, maka penggantian Jenderal Gatot sebagai Panglima TNI oleh Jokowi merupakan sinyal adanya pecah kongsi di antara keduanya. Sebab, masa pensiun Gatot sebenarnya masih Maret 2018, kenapa bukan akhir Januari atau awal Februari saja diganti?
"Ini kopinya,ya" nyonya kembali dari dapur.
"Seruput ah," kataku mirip Denny Siregar yang doyan minum kopi itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H