Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sedikit Koreksi Pepatah Batak Gubernur Anies

17 Oktober 2017   15:31 Diperbarui: 17 Oktober 2017   15:58 1627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pidato perdana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan cukup ramai ditanggapi. Seperti biasa, banyak yang mengapresiasi tetapi tidak sedikit pula yang antipati. Terlepas dari kontroversi tersebut, saya hanya ingin menyoroti tentang pepatah yang digunakan Anies, khususnya yang menggunakan bahasa Batak.

Sebagai orang Batak, saya merasa bangga karena Anies memperkenalkan salah satu pepatah yang umum dikenal di masyarakat Batak. Akan tetapi, sebagai penutur asli (native speaker) bahasa Batak, saya pun merasa sedikit terganggu dengan pepatah yang diucapkan Anies. Terganggu bukan karena substansi pepatahnya tetapi lebih kepada pengucapannya yang menurut saya kurang tepat.

"Holong manjalak holong, holong manjalak domu. Begitu pepatah Batak mengatakan kasih sayang mencari kasih sayang, kasih sayang menciptakan persatuan," begitu penggalan pidato Anies yang pada intinya mengajak seluruh warga Jakarta untuk kembali bersatu usai perhelatan pilkada.

Kata "manjalak" awalnya membuat saya termenung. Dalam hati bertanya, apa saya sudah banyak kehilangan bahasa Batak? Pasalnya, pepatah yang digunakan Anies tersebut umumnya menggunakan kata "mangalap". Makna kata "mangalap" dalam bahasa Batak adalah "menjemput". Sehingga pepatah yang umum saya dengar adalah "holong mangalap holong" yang bermakna "kasih menjemput kasih".

Lalu, setelah saya telisik kembali, kata "manjalak" ternyata berasal dari kata dasar "jalak" yang berarti mencari. Namun, kata "manjalak" dalam bahasa Batak tidak pernah digunakan, tetapi harus ditambahkan imbuhan "I" di belakangnya, sehingga menjadi "manjalaki". Bahkan, dalam penulisannya, "manjalaki" harus dituliskan menjadi "manjalahi". Ini karena bahasa Batak selalu menggantikan huruf "k" menjadi huruf "h" dalam penulisan, tetapi diucapkan dengan huruf "k".

Lalu, setelah memahami "manjalak" yang sesungguhnya "manjalahi" itu, penggunaan kata tersebut juga rasanya kurang tepat bila dipadankan dengan "holong manjalahi holong". Sebab, makna kata "manjalahi" sebenarnya lebih kepada upaya pencarian sesuatu yang diimpikan atau diinginkan. Misalnya, "manjalahi karejo yang artinya "mencari pekerjaan". Dengan kata lain, "manjalahi" merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus hingga membuahkan hasil.

Bila dibandingkan dengan "holong mangalap holong", maka makna yang hadir adalah bahwa setiap manusia harus berbuat kasih sehingga akan secara otomatis berbuah kasih pula. Jika kita berbuat baik kepada orang lain, niscaya kebaikan juga akan menghampiri kita. Bukan sebaliknya, sebagaimana pidato Anies, bahwa kasih mencari kasih.

Demikian pula dengan penggalan pepatah selanjutnya yakni "holong manjalak domu". Dalam bahasa Batak, "domu" adalah kata sifat bermakna "menyatu". Sementara kata bendanya adalah "pardomuan" yang bermakna "persatuan". Namun, penggunaan kata "manjalak" di sini rasanya juga kurang tepat. Semestinya menggunakan kata "mangalap" yang bermakna "menjemput". Sehingga makna yang akan tercipta adalah "kasih menjemput persatuan".

Meski begitu, karena "persatuan" tidak mungkin dijemput maka "mangalap" juga bisa diartikan menjadi "menciptakan atau mewujudkan". Dengan demikian, terjemahan "kasih menciptakan persatuan" sudah tepat. Namun, sekali lagi, "manjalak" seharusnya dituliskan menjadi "manjalahi" dan diucapkan dengan "manjalaki".

Begitulah sedikit koreksi atas pidato Pak Gubernur. Esensinya, pidato Gubernur mengajak perlunya mengedepankan kasih guna terciptanya persatuan di antara sesama. Lupakan masa lalu, songsong masa depan.

Horas, Pak Gubernur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun