Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Full Day School: Lonceng Kematian Lembaga Bimbel

15 Juni 2017   00:53 Diperbarui: 15 Juni 2017   01:09 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BERGANTI rezim, berganti pula model pendidikan. Begitulah perjalanan pendidikan kita dari waktu ke waktu. Pernah menggunakan catur wulan, semester, balik catur wulan, lalu kembali ke semester. Itu salah satu contoh perubahan model pendidikan kita dari masa ke masa.

Kini, kebijakan Full Day School (FDS) akan diberlakukan pada tahun ajaran baru 2017/2018, tepatnya Juli mendatang. Kebijakan ini akan diujicoba dengan harapan menekan perilaku negatif siswa seperti tawuran atau hal negatif lainnya.

Terlepas dari pro kontra yang ada, barangkali yang masih terlewatkan adalah bagaimana dampak FDS terhadap lembaga pendidikan di luar sekolah. Kita tahu, lembaga pendidikan nonformal atau akrab disebut Bimbingan Belajar (Bimbel) kini semakin menjamur, walau banyak juga yang layu di tengah jalan. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat ini terdapat sebanyak 13.446 lembaga kursus di seluruh Indonesia.

Harus diakui, keberadaan Bimbel sedikit banyak telah membantu siswa untuk lebih memperdalam ilmu yang telah diperoleh di sekolah. Bahkan, sebenarnya, menjamurnya Bimbel merupakan pertanda bahwa pendidikan di sekolah memang belum memadai. Dengan kata lain, Bimbel hadir untuk menggenapi kekurangan pendidikan di bangku sekolah.

Nah, dengan kebijakan FDS, tentu saja akan berdampak besar bagi kelangsungan Bimbel. Bisa dibayangkan, siswa yang harus belajar sejak pagi hingga menjelang sore di sekolah, harus kembali mengikuti pelajaran yang kurang lebih sama di meja Bimbel. Tentu saja yang akan timbul adalah rasa stress yang tinggi. Siswa dipastikan akan merasa bosan dan letih bila harus kembali mengikuti pelajaran hingga menjelang malam. Lalu, kapan istirahatnya?

Dalam waktu dekat, kelangsungan Bimbel, mungkin belum terganggu. Namun dalam jangka panjang, misalnya satu tahun ke depan, roda bisnis Bimbel rasanya akan mulai terganggu. Terutama Bimbel yang namanya belum terlalu tersohor di kalangan siswa. Di Indonesia, mungkin tak sampai 10 Bimbel yang namanya sudah terkenal dan memang terbukti berkualitas. Lalu bagaimana nanti nasib ribuan bimbel lainnya?

FDS telah membunyikan lonceng kematian bagi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun