Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Reklamasi Jakarta; Menanti Episode Kedua Adu Data Luhut-Amien

8 Juni 2017   22:44 Diperbarui: 9 Juni 2017   09:22 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien-Luhut (Tribunnews.com)

PROYEK reklamasi teluk Jakarta sudah lama menjadi perbincangan hangat. Proyek yang menuai pro dan kontra ini bahkan menjadi salah satu isu strategis yang diusung gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Dengan tegas, pasangan ini menolak reklamasi karena dinilai justru akan merugikan nelayan. Di pihak lain, Ahok-Djarot berkeinginan reklamasi dilanjutkan guna menyelamatkan Jakarta dari ancaman degradasi permukaan tanah.

Kini, Pilgub DKI telah usai dengan pemenang Anies-Sandi. Sesuai janji kampanye, proyek reklamasi akan dihentikan. Namun, di sisi lain, pemerintah pusat, dalam hal ini Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan juga mewanti-wanti agar proyek reklamasi tetap dilanjutkan. Menurut Luhut, proyek tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan Jokowi, sebab keputusan proyek tersebut diambil dua presiden terdahulu yakni Soeharto dan SBY. Sementara Jokowi hanya menjalankan saja. Lagipula, Luhut meyakini, berdasarkan kajian, tanah Jakarta akan tenggelam 8-23 cm apabila proyek pembangunan reklamasi tidak dilaksanakan.

Di sisi lain, Amien Rais, salah satu pendukung Anies-Sandi justru mempertanyakan data yang dimiliki Luhut. Ia dengan terang-terangan menantang Luhut untuk beradu data. "Kalau di media secara sangat lugas dan cukup jelas, tokoh nelayan dan lain-lain bersedia dengan senang hati gimana kalau Pak Luhut adu data," ujar Amien seusai menghadiri diskusi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/5/2017). "Kami kasih waktu dua minggu. Kami hargai Pak Luhut, kita bicara baik-baik manfaat dan mudharat kita tinjau dari segala segi. Kedaulatan negara kita ini dijual apa enggak," tambah Amien.

Pada hari yang sama, tantangan Amien langsung ditanggapi Luhut. Ia berjanji akan menyampaikan data reklamasi Teluk Jakarta setelah kajian di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) selesai. Dia juga berjanji menyampaikan data tersebut secara terbuka. "Kami akan undang mereka yang memiliki data kajian reklamasi dan kita minta mereka juga mendengar paparan data yang kami (pemerintah) miliki," kata Luhut dalam keterangan tertulis Humas Kemenko Kemaritiman, Selasa, 16 Mei 2017. Saat itu Luhut tengah menghadiri forum Prakarsa Sabuk dan Jalansutra atau Belt and Road Initiative (BRI) di Beijing, Cina.

Akan tetapi, selang dua minggu, adu data reklamasi belum juga terjadi. Malah, Amien yang mantan Ketua Umum PAN disebut dalam persidangan terhadap terdakwa mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (31/5/2017). Amien meradang, dan langsung menggelar konferensi pers di Jakarta, esok harinya. Amien dengan tegas membantah berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan kasus Alkes yang menimpa Siti Fadilah Supari.

Lalu, satu minggu berikutnya, tepatnya pada Rabu (7/6/2017), Amien mendatangi Gedung DPR untuk mendorong Fraksi PAN agar ikut serta dalam Pansus Angket KPK. Padahal sebelumnya, Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan menyatakan partainya tidak akan mendukung Angket KPK. Masih di hari yang sama, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin menyebut kasus korupsi yang menjerat mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari bermuatan politik. Din mengaku 'mengawal' sidang perkara korupsi alat kesehatan yang menjerat Siti. Sepanjang pengamatannya, lanjut Din, tidak ada satu pun fakta persidangan yang menyinggung sosok Amien Rais. Karena itu, KPK dinilai tidak profesional dalam kasus Siti.

Itulah akhir episode pertama. Mari menanti episode kedua.

Referensi: Kompas.com, Tempo.co, Detik.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun