Mohon tunggu...
Pardosa Godang
Pardosa Godang Mohon Tunggu... Dosen - Pelayan, pengajar dan pembelajar

Haus belajar, harus terus sampai aus ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar Tidak Pudar, Karena Sabar Malah Makin Bersinar

21 Oktober 2022   09:21 Diperbarui: 21 Oktober 2022   09:35 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendadak dan mengejutkan, dalam suatu wawancara, Ganjar Pranowo menyatakan kesiapannya untuk dicalonkan sebagai presiden pada pilpres mendatang. Bukan deklarasi oleh partai politik, melainkan berupa pernyataan pribadi ketika ditanyai dalam suatu wawancara oleh kanal di youtube tersebut.

Bertentangan dengan Partai sebagai Petugas Partai?
Ganjar yang adalah Gubernur Jawa Tengah saat ini merupakan kader PDI Perjuangan, pemenang pemilu dengan kursi terbanyak dan satu-satunya parpol yang berhak mencalonkan presiden tanpa harus berkoalisi dengan parpol lainnya. 

Sejauh ini, PDIP cenderung akan mencalonkan Puan Maharani yang adalah Ketua DPR RI dan putri Megawati Soekarnoputri sang Ketua Umum PDIP, satu-satunya yang punya hak dalam menentukan siapa yang akan diusung menjadi capres. Gelagat tersebut sudah terlihat dengan gerakan Puan dalam mendekati beberapa Ketua Umum parpol untuk berkolaborasi dalam pilpres 2024 mendatang.

Baca juga: Sabar, Ganjar...

Walau selalu beroleh elektabilitas tertinggi di berbagai sigi capres, fanatisme trah Soekarno yang merasuk petinggi PDIP saat ini membuatnya "tersingkir" dan seringkali "dimusuhi" oleh pendukung Puan ketika melihat tindakan yang populer bagi masyarakat sehingga dianggap manuver untuk meraih simpati masyarakat.

Setelah mengumumkan kesiapannya 'nyapres, ternyata respon dari pengurus teras PDIP tidak sekeras yang dibayangkan. Sempat melarang semua kader melakukan kegiatan yang bisa dianggap berhubungan dengan capres, Sekjen PDIP Hastyo merespon dengan positif bahwa tindakan Ganjar tersebut bukan melanggar kebijakan Partai. 

Indikator tersebut menimbulkan dugaan jangan-jangan Ganjar sudah menerima "sinyal halus" restu bu Mega sehingga "mulai berani" melakukan "deklarasi halus" pencapresan dirinya sendiri.

Buah Sabar, Tidak Akan Pudar, Malah Makin Bersinar
Beda dengan bakal capres lainnya, Ganjar terlihat sangat sabar. Tetap patuh pada arahan PDIP, walau godaan datang dari banyak parpol lainnya. 

Konon, Ganjar menolak Nasdem yang akhirnya mendeklarasikan Anies Baswedan kemudian sebagai capres. Jika tergoda, itu berarti meninggalkan PDIP. Jangan lupa, Ganjar termasuk nama yang direkomendasikan Nasdem sebagai capres di antara Anies dan Andhika Perkasa.


Gaya kepemimpinan Ganjar dan karakteristiknya sangat mirip dengan Presiden Jokowi sehingga tidak heran kalau masyarakat yang memang mengakui kepemimpinan Jokowi sebagai yang terbaik akan juga memilihnya untuk melanjutkan kerja nyata Jokowi. 

Berbanding terbalik dengan Puan yang belum mempunyai prestasi dan kemampuan kepemimpinan yang dianggap layak untuk dipilih sebagai presiden. Angka elektabilitas Puan yang selalu di kelompok terendah menunjukkan indikasi tersebut.

Kenegarawanan Mega Penentu Masa Depan
Resiko ditinggalkan konstituen pasti menghinggapi dan satu faktor strategis yang harus dipertimbangkan bu Mega sebagai pemutus capres PDIP jika memaksakan Puan untuk ikut kontestasi dan melupakan Ganjar yang potensinya sangat besar untuk menang. 

Setiap partai tentu saja menginginkan kemenangan dan mendapat suara yang banyak dari pemilu. Perolehan suara rakyat sangat menentukan masa depan parpol.    

Layaknya suatu produk, Ganjar adalah harapan untuk mendapatkan market share tertinggi dan menjadi pemimpin pasar. Banyak yang tertarik untuk membeli karena sangat diyakini dapat memenuhi kebutuhan dan harapan. 

Ganjar tentu saja tahu bahwa banyak parpol yang siap meminangnya jadi capres. Kesetiaannya pada PDIP yang masih menunggu keputusan bu Mega yang entah kapan akan mengumumkan deklarasi membuat calon pemilih makin jatuh hati. Bukan turun, malah makin naik elektabilitasnya dari suatu sigi ke sigi lainnya.

Kejadian pilpres 2014 di mana bu Mega dengan legowo -- walau ada perasaan berat, mungkin saja -- mencapreskan Jokowi dengan melepas hak prerogatif dan peluang dirinya bisa saja terjadi lagi untuk pilpres 2024 ini. 

Saat itu, posisi Jokowi dengan Ganjar sangat mirip. Akhirnya, kepentingan partai -- dan suara rakyat yang dominan -- tetap menjadi pertimbangan dalam memutuskan apa yang terbaik.

Kita lihat saja!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun