Kemarin sore di kantor beberapa orang heboh dengan berteriak:"Masjid Islamic Center terbakar!" Suara kuatnya yang kemudian dibarengi oleh beberapa orang lainnya, nyaris mengalahkan suara hujan deras di luar.
Islamic Center yang Fenomenal dan Monumental
Dengan lahan sangat luas 109.435 meter persegi, bangunan 14.000 meter persegi dan sanggup menampung jemaah 20.680 orang dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung lainnya menjadikan masjid yang diresmikan 2003 ini sebagai karya monumental bagi masyarakat Jakarta.
Idenya datang dari Gubernur Sutiyoso setelah membubarkan Kramat Tunggak yang sebelumnya sangat dikenal sebagai lokalisasi WTS. Makin membesarnya bisnis prostitusi saat itu mengkuatirkan ulama dan masyarakat sekitar.Â
Mengubah tempat maksiat menjadi tempat ibadat tentulah suatu pekerjaan yang lumayan berat.
Kebakaran Itu Musibah, Politisasi Tak Usahlah ...
Kompas kemarin sore mengabarkan bahwa kebaran terjadi disebabkan oleh percikan api dari peralatan yang dipakai oleh pekerja yang sedang merenovasi kubah masjid tersebut. Artinya, disebabkan oleh keteledoran dalam melakukan pekerjaan. Logis, 'kan?
Bukan fenomena alam. Apalagi ada hubungannya dengan pergantian Gubernur DKI Jaya. Bukan!
Ranah media sosial sudah langsung rame aja dengan perdebatan. Yang satu bilang sebagai pertanda tidak direstui, sebaliknya mengatakan terbongkarnya satu demi satu kebobrokan akibat selama ini kurang pemeliharaan. Waduh!
Sudah separah itukah perkubuan di tengah masyarakat kita sekarang ini? Menyedihkan, memprihatinkan, bahkan mengkuatirkan.
Sepertinya segala sesuatu yang terjadi sekarang ini sangat rawan dipolitisasi yang artinya sekaligus sangat rawan dalam memecahbelah persatuan bangsa ini.
Daripada ribut-ribut yang malah bisa membuat kalang kabut dan kemelut, mendingan bersatu-padu berpikir dan bertindak apa yang patut. Memperbaiki kubah masjid tersebut, itulah sebenarnya yang harus segera dibesut.
Sudah saatnya kita lebih sering menggunakan logiika dan akal sehat, supaya bangsa kita ini selalu selamat dan beroleh rahmat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H