Mohon tunggu...
Pardosa Godang
Pardosa Godang Mohon Tunggu... Dosen - Pelayan, pengajar dan pembelajar

Haus belajar, harus terus sampai aus ...

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Di-Quite Firing-in, Walau Anda Bukan Quite Quitting

22 September 2022   16:36 Diperbarui: 22 September 2022   16:44 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara teori (menurut Kompas) pada umumnya Quite Firing (QF = "mendiamkan" karyawan yang bekerja seadanya, tidak memberikan proyek/pekerjaan penting, dan dijauhkan dari kemungkinan mendapat promosi) adalah respon yang dilakukan Perusahaan terhadap karyawan yang melakukan indikasi Quite Quitting (QQ = bekerja seadanya sesuai kompensasi yang diterima).

Ada fenomena yang menarik yang aku temukan di salah satu perusahaan tempatku pernah mengabdi. Seorang karyawan sangat senior dengan masa kerja puluhan tahun, pernah menempati posisi tertinggi sebagai karyawan, beberapa tahun belakangan ini sepertinya Perusahaan melakukan QF terhadap beliau.

Tidak Perform, Tidak Melakukan Kesalahan, Tidak Pula Diberhentikan
Sebagaimana dunia penjualan, 'nggak mungkin setiap bulan selama bertahun-tahun mencapai target. Layaknya bisnis, pasti ada pasang surutnya. Entah 'gimana, pemilik perusahaan terkesan 'nggak puas dengan kinerjanya.

Konon, sudah sejak beberapa tahun belakangan diciptakan kondisi agar beliau mengundurkan diri. Di-press dengan intensitas tinggi, dipermalukan di depan rapat yang dihadiri banyak anak buah, di-hire orang baru yang sangat muda untuk "membayangi" pekerjaannya, diperlakukan berbeda dengan karyawan lain yang se-level, fasilitas tidak lebih baik daripada junior, tidak selalu diundang meeting yang dulunya rutin diikuti, adalah beberapa tindakan yang sengaja diciptakan untuk membuatnya 'nggak betah. 

Promosi jabatan? Jangan berharap!

"Ah, saya 'nggak perduli mau diapakan juga sama Perusahaan, pak. Buat saya, yang penting saya bekerja semaksimal saya bisa, berusaha untuk tidak melakukan kesalahan fatal, tidak menuntut banyak. Terserah Perusahaan kapan harus mempensiunkan, saya 'nggak bakalan mau mengundurkan diri", begitulah pernyataan beliau suatu kali.

Pekerjaan yang diberikan sekarang sudah tentu sangat jauh dari kwalifikasi dan kapasitas yang beliau miliki. Bisa dibilang, yang dikerjakan sekarang adalah pekerjaan yang dikerjakan oleh anak buahnya dulunya.

Jabatan memang masih tetap, fasilitas juga sama dengan yang dinikmati sejak beberapa tahun yang lalu waktu posisi dan kontribusinya masih "diperhitungkan". Dan tetap bekerja dengan semangat persis dulu. 

Datang paling awal dan pulang paling akhir. Artinya, bukan quite quitting, 'kan?

Lantas, Apa yang Penting Dilakukan Sebelum Menjadi Genting?
Menilik situasinya, terasa ada ketegangan serius antara sang karyawan senior tersebut dengan Manajemen, dalam hal ini adalah pemilik perusahaan. Konflik yang berpotensi sering timbul suatu hari akan mengarah pada genting, situasi mencapai puncak ketegangan yang berpotensi pada berbagai kemungkinan. Termasuk hal paling buruk, tentu saja.

Memposisikan diri sebagai karyawan yang di-QF-i tersebut, sebaiknya melakukan hal-hal berikut:
1. Tetap bekerja dengan motivasi tertinggi
Sebagai karyawan, profesionalitas harus tetap terjaga dan ditunjukkan. Apalagi di depan tim, termasuk anak buah dan mitra kerja internal dan eksternal. Di depan khalayak, tunjukkan everything is fine.


2. Hanya Anda yang tahu, yang lain tidak boleh tahu
Hubungan yang diliputi ketegangan dengan top management tak perlu orang lain tahu. Apalagi anak buah, sekali-kali pantang! 

Kalau pun ada yang tahu, pastikan itu bukan datang dari Anda.


3. Tawarkan extra effort dengan extra ordinary commitment
Tidak tertutup kemungkinan bahwa ada kalanya suatu pekerjaan membutuhkan tenaga tambahan. Tawarkan diri sambil "mengingatkan" pemangku kepentingan bahwa Anda punya kelebihan dan keahlian dalam hal pekerjaan dimaksud. 

Sekaligus menunjukkan Anda masih beritikad baik kepada Perusahaan.


4. Dukung siapa pun, bahkan termasuk orang yang disiapkan sebagai "bayangan"
Walau mungkin tersinggung dan sakit hati, tetaplah loyal pada perintah atasan. Orang-(orang) yang disuruh "membayangi" Anda belum tentu itu sesuai dengan keinginannya. 

Ingat dia atau mereka juga adalah karyawan yang sama dengan Anda yang tetap harus patuh pada perintah.

Setelah itu, hanya ada dua kemungkinan: situasi makin baik, atau malah beda dengan yang diharapkan. 

Berbesar hatilah dengan segala kemungkinan. Yang penting, Anda sudah benar-benar melakukan tindakan yang tepat dan terbaik sampai detik akhir pengabdian di perusahaan yang faktanya memang telah berkontribusi signifikan dalam kehidupan Anda.


 Jangan pernah lupakan itu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun