Aku tahu, banyak karyawan yang dalam posisi tidak punya motivasi lagi ini akhirnya bekerja seadanya. Sekadar datang dan pulang sesuai jam kerja, dan tidak melakukan yang "aneh-aneh" sehingga akhirnya benar-benar dipecat.
Babak Ketiga: Motivasi Perbaiki Diri
Secara resmi - hasil rembugan Sales Management dan Human Resources - dia dikasih pekerjaan "ecek-ecek", yang 'nggak butuh kemampuan maksimalnya (sepertinya ini strategi untuk membuat dirinya demotivated, useless, dan feel downgraded) dan 'nggak berpengaruh banyak terhadap bisnis. Karena itu di bawah kapasitasnya, tentu secara teknis dia mudah menyelesaikannya. Â
"Kerjakan dulu apa tuntutan Perusahaan, dan aku tahu itu sangat mudah bagimu. Selanjutnya kembangkan diri dengan kemampuan dan kemauan yang engkau miliki di waktu senggang. Perbaiki diri dengan menunjukkan prestasi. Manfaatkan setiap kesempatan!", wejangan yang aku sampaikan dengan tegas untuk menyemangatinya. Membangkitkan motivasi, itu yang pertama dan utama.
Selama "masa pengampunan" itu, dimanfaatkannya untuk belajar pengetahuan mengolah data dan statistik (yang dikenal saat ini dengan Data Analytics) yang kemudian memang sangat dibutuhkan di dunia penjualan.
Aku 'nggak pernah memperlakukan dia sebagai orang hukuman. Kondisi yang sama aku mintakan kepada semua anggota timku dalam menyikapinya. "Tak semua orang selalu bisa bebas dari kesalahan. Patut kita berikan kesempatan bagi orang yang masih punya pengharapan", begitu yang aku sampaikan kepada anak buahku sambil tetap memantau perkembangannya dari waktu ke waktu.
Alhamdulillah ... haleluya! Situasi kemudian berubah. Dengan motivasi yang kembali muncul, si "anak nakal" kemudian bangkit dan mengukir prestasi sehingga berangsur-angsur Manajemen meninjau-ulang statusnya.
Babak Akhir: Upah yang Aku Terima
Setelah mengembalikan kepercayaan, dia pun dikembalikan ke posisinya semula. Lalu berangsur karirnya meningkat.
Suatu hari dalam informal meeting pada suatu rapat tahunan ketika sesi "thank you and respect" yang mana instruktur meminta masing-masing orang menyebutkan siapa dan kenapa patut menerima ungkapan terima kasih di Perusahaan, dia si "anak nakal" berdiri dan menyebut namaku seraya mendatangi dan merangkulku sambil bersaksi tentang bagaimana dia berhasil keluar dari keterpurukan dan bangkit hingga meraih posisi yang tinggi sekarang.
Setelah aku pensiun dan dia memegang jabatan tertinggi di berbagai wilayah, selalu menawarkan tumpangan dan fasilitas jika tahu aku sedang berada di wilayah tanggung jawabnya. Sesuai dengan level jabatan yang diembannya, tentunya.
Kebaikan hati yang selalu 'kutolak dengan tegas karena merasa (memang) 'nggak pantas untuk menikmatinya ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H