"Sudah lama 'nggak ada kabar lagi dari mamak Tissa. Sepertinya bisnis pembuatan papan bunganya sudah makin maju sehingga 'nggak pernah lagi minta tolong sama kita ...", demikian yang disampaikan istriku dalam suatu percakapan akhir pekan lalu.
Kisah Mamak Tissa dan Putri Adopsinya
Mamak Tissa adalah kawan sepermainan sejak kami masih lajang dulu. Terpisah karena sama-sama sudah berkeluarga dan tinggal di kota yang berbeda.
Tissa adalah nama anak angkat mereka setelah lama 'nggak dikarunia Tuhan momongan, dan sesuai tradisi Batak, panggilan kemudian berubah menjadi "mamak Tissa". Kebahagiaan keluarga tersebut menjadi lengkap dengan kehadiran Tissa yang diadopsi sejak bayi, namun hanya berlangsung beberapa tahun karena suami yang menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah tunggal meninggal dunia.
Tinggallah mamak Tissa dan Tissa melanjutkan kehidupan yang mendadak jadi sulit. Dan makin sulit karena kemudian terbukti bahwa Tissa mengalami cacat mental. Makin bertambah usianya, makin terlihat kemampuan mental Tissa sangat tertinggal.
Untuk mendapat penghasilan, mamak Tissa memulai usaha sebagai florist. Kami dimintai bantuan untuk memasarkan usahanya tersebut kepada setiap orang yang butuh karangan bunga di Medan.
Puji Tuhan! Usaha tersebut makin maju dengan bertambahnya pelanggan. Yang semula dari kalangan dekat dan keluarga saja, kemudian bertambah-tambah dengan rekomendasi dari yang pernah memakai jasanya ke pelanggan lain.
Semula pelanggan adalah kenalan yang bersimpati dengan perjuangan mamak Tissa sebagai single parent dengan anak berkebutuhan khusus, kemudian berubah dan bertambah ke faktor lain karena memang bagus pelayanannya dan sangat memuaskan.
Sekarang Tissa sudah beranjak dewasa yang tentunya makin bertambah kesulitan dan tantangan merawatnya. Nyaris tidak bisa melakukan apa pun, sehingga harus dilayani sepenuhnya.
"Memang bertambah kesulitannya dengan makin dewasanya si Tissa ini. Namun, aku punya keyakinan bahwa semua kemajuan usaha yang aku dapatkan ini adalah bagian dari rezekinya juga. Memang, aku kadangkala kuatir bagaimana kelanjutannya kemudian karena sangat bergantung dengan pertolonganku dalam melakukan semua keperluannya sehari-hari dari berpakaian, makan, minum, mandi, semuanyalah. Tapi sebaliknya, itu pulalah yang membuatku harus semangat, mencari uang dan juga menjaga kesehatan. Doaku supaya kami sama-sama menua dan lanjut usia bersama-sama, dan jangan aku yang pergi duluan". Â Â
Anak Berkebutuhan Khusus adalah Anak-anak Khusus
Menurut databoks.katadata.co.id jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) yang tercatat menempuh pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) mencapai 144.621 siswa pada tahun ajaran 2020/2021. Itu yang bersekolah, karena kita tidak bisa melupakan dalam jumlah tertentu belum dan atau tidak menikmati pendidikan dengan berbagai alasan dan latar belakang.
Bercermin pada Tissa dan penguatan yang mampu diberikannya kepada ibunya, nyata bahwa di balik kesulitan dan tantangan berat yang menghadang ABK ternyata memberikan kebaikan pada sisi lainnya. Dengan berbagai cara, tentunya.
Tak salah jika kita mengamini bahwa mereka adalah makhluk khusus (special) yang berbeda dalam hal tertentu dengan yang lainnya, karena mereka punya sesuatu dan atau hal-hal lain yang juga khusus dititipkan Tuhan kepada mereka.
Jangan heran -- kembali ke kisah mamak Tissa di awal -- jika pada suatu hari ada kabar bahwa usaha florist yang dijalankannya kebanjiran pesanan dan nyaris kewalahan melayani semua permintaan karena berkat yang melimpah yang dititipkan Tuhan pada Tissa melalui para pelanggan yang semakin bertambah ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H