Mohon tunggu...
Paras Tuti
Paras Tuti Mohon Tunggu... Guru - Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Kosong itu penuh. Dan, penuh itu kosong

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meneropong Nippon (1): Apa yang Terlintas Jika Mendengar Kata 'Jepang'?

15 April 2021   12:29 Diperbarui: 15 April 2021   15:54 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sepertinya kosakata 'Jepang' ini, seolah menjadi kata-kata yang bisa menyihir bagi orang-orang yang terambisi untuk mengalirkan energi membara untuk mengeksplorasi negara Jepang,  khususnya bagi orang-orang muda di luar Jepang. 

Pertanyaan di atas selalu saya lontarkan ke kelas matakuliah Nihon Bunka to Shakai. Matakuliah ini berisi tentang pengenalan budaya dan masyarakat Jepang. Saya sebagai pengampu hanya memberikan umpan, supaya mahasiswa mencari seluas-luasnya informasi tentang Jepang sebatas yang mereka pahami. Jawabannya dari pertanyaan di judul, bervariasi banget, ada juga jawaban yang terkadang tidak masuk akal bagi orang yang pernah tinggal beberapa tahun di Jepang. 

Mati dan Gugur

Jawaban yang terbanyak adalah Sakura dan Samurai. Bunga Sakura yang kecil mungil ini ternyata mampu menyabet hati para pemuda di luar negara Jepang. Apakah Sakura tidak ada di negara lain? Ada kok... cuman, tidak ada yang getol seperti Jepang untuk mempublikasikan Sakura. Sakura bagi orang Jepang adalah refleksi dari Samurai (Pendekar ala Jepang). Gugur (termasuk mati bunuh diri) di saat namanya melambung adalah suatu penghormatan tinggi. Sama halnya dengan Sakura, hanya bisa dinikmati sekejab saja. Proses bunganya mulai kuncup sampai mekar sempurna hanya bertahan 10 hari saja. Kelopak bunga Sakura yang gugur tertiup angin inilah, bagi orang Jepang suatu keindahan tiada tara. Sakura juga lambang sebagai semangat baru, berbunga sekitar bulan April. Karena itu deretan Pohon Sakura ini banyak ditanam di halaman sekolah, seolah menyambut siswa baru di awal musim semi (tahun ajaran baru dimulai pada awal April)  

Kontradiktif

Jepang menyimpan hal yang serba kontradiktif. Festival tradisional yang bisa memberikan kesan mempertahankan budaya berdampingan dengan teknologi tinggi menjadi daya tarik tersendiri. Ada unsur roda perekonomian yang berputar di balik terselenggaranya festival tradisonal yang digelar pada setiap daerah dan pada setiap musim. Teknologi yang maju pesat pada jamannya, sepertinya juga akan bisa terlindas negara-negara lain. Tetapi imej Jepang yang berteknologi tinggi ini masih berhasil merebut hati calon pembelajar Bahasa Jepang di Indonesia. 

Soft Power

Anime dan Manga (komik ala Jepang) sebagai salah satu soft power negara Jepang ini sudah bukan menjadi rahasia lagi. Dengan banyaknya Anime dan Manga yang diterjemahkan dalam beberapa bahasa di dunia menjadikan nama Jepang menjadi terangkat lebih tinggi. Banyak calon pembelajar Bahasa Jepang ini karena menyukai Anime dan Manga, menjadikan Bahasa Jepang menjadi tumpuan cita-citanya. Untuk menjadi media pembelajaran memahami budaya dan pola pikir orang Jepang sangat tepat sekali. Berbagai ragam situasi yang muncul di Anime dan Mangga bisa mewakili untuk menggambarkan negara Jepang. Kesukaan pada Anime dan Mangga, sangat bermanfaat, asal mereka tidak menjadi Otaku (orang yang maniak dan fanatik) yang terkadang berperilaku aneh.    

Pola pikir

Budaya malu, tepat waktu, workaholic ini menjadi semacam pola pikir yang  bisa mengkondisikan Jepang menjadi negara maju. Tetapi sebetulnya mereka juga manusia biasa. Manusia yang ingin berbuat seenaknya tanpa rasa malu, yang ingin molor tidak dikejar waktu, yang ingin leyeh-leyeh tanpa bekerja keras. Mengapa bisa seperti itu. Rupanya doktrin sejak kecil yang mengarah pada budi pekerti moral ini menjadikan rasa malu yang tinggi, jika membuat orang lain merugi. Misalnya, membuat orang lain menunggu, membuat orang lain bertanya-tanya tanpa kepastian yang jelas tanpa pemberitahuan lebih dulu dlsb. Semuanya yang serba teratur ini, mengakibatkan salah satu penyebab angka bunuh diri tinggi.

Sisi Buruk dan Sisi Baik

Jawaban-jawaban atas pertanyaan di Judul ini adalah penggambaran dari rasa ingin tahu dan rasa penasaran yang tertarik pada Jepang. Semuanya ada sisi baik dan sisi buruk dalam segala hal. Yang sesuai dengan jiwa Indonesia silakan diambil. Sedangkan yang tidak sesuai buang jauh-jauh di laut. Begitulah pesan sang guru setiap kali memberikan pengantar tentang kejepangan. Jepang yang buruk juga banyak, Indonesia yang baik juga tidak sedikit. Kombinasi antara Jepang dan Indonesia inilah yang akan bisa melahirkan sesuatu yang hebat.   

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun