Mohon tunggu...
Paras Tuti
Paras Tuti Mohon Tunggu... Guru - Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Kosong itu penuh. Dan, penuh itu kosong

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Lawan Satu Bentuk Kerjasama Orang Jepang

3 Januari 2014   21:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:11 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seminggu lalu, beberapa hari sebelum tahun baru, bertepatan dengan hari hari terakhir kerja Kalender Pabrik Toyota, sebelum memasuki masa libur panjang, aku diundang untuk mengikuti kegiatan 餅付きMochi tsuki, acara membuat Mochi. Acara ini diadakan untuk mengungkapkan rasa syukur menyambut tahun baru, yang diadakan oleh salah satu pabrik rekanan perusahaan besar Toyota. Libur kali ini cukup panjang, selama 10 hari. Di Jepang, selama setahun ada 3 kali libur panjang. Libur panjang selanjutnya, Golden Week, akhir April dan libur O-bon pada pertengahan Agustus, tepat pada puncak musim panas.

[caption id="attachment_313369" align="aligncenter" width="300" caption="Peralatan Mochi tsuki. (dok pribadi) "][/caption] 餅つきMochi Tsuki ini, jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia adalah kegiatan membuat mochi bersama-sama. Mochi dalam Bahasa Inggris di terjemahkan dengan Cake rice. Lha padahal kalau ada istilah Cake. khan bayangan kita adalah kue yang menur-menur dan manis. Apakah betul demikian? Bukan sama sekali! Ini adalah hanyalah masalah penterjemahan yang karena tidak ada barangnya dalam Bahasa target, jadinya susah sekali diterjemahkan. Tetapi, dalam beberapa bahasa daerah di Indonesia ada, misalnya bahasa Jawa, sejenis mochi ini disebut dengan jadah atau tetel. Mochi tsuki sejak dulunya diadakan pada akhir tahun menyambut tahun baru, untuk menyatakan rasa syukur hasil panen yang didapat. Sejak dulu sampai sekarang hasil panen yang sangat membanggakan masyarakat Jepang, yaitu Panen Padi. Oleh karena itu apa pun yang berhubungan dengan panen padi ini banyak kegiatan dilakukan. Dan hasil olahan yang bahan dasar beras ini juga banyak untuk dipakai sebagai upacara-upacara ritual yang penting bagi kehidupan seseorang.  Misalnya, せんべいsenbei, krupuk beras yang dibakar, rasa shoyu kecap asin. Atau pun mochi yang dimasukkan dalam sup rasa gurih, biasa disebut お雑煮ozoni. Yang lain adalah お酒, osake, yaitu minuman keras tradisional yang harus ada dalam setiap ritual penting, juga pegang peranan penting dalam pernikahan ala Shinto (silakan baca: Prosesi Pernikahan ala Shinto)

Saat tahun baru seperti sekarang ini, kuil Shinto juga menyediakan tempat untuk para pengusaha O-sake untuk meletakkan tong-tong o-sake ini untuk menyambut tahun baru, sebagai tanda rasa syukur. Dengan mempersembahkan o-sake pada para penguasa alam menurut kepercayaan Shinto, diharapkan tahun mendatang akan menjadi lebih baik.

[caption id="attachment_313377" align="aligncenter" width="300" caption="O-sake yang siap dipakai untuk proses ritual di Kuil Shinto Ise Jingu. Dok Pribadi"]

13887598261742701495
13887598261742701495
[/caption]

Kembali pada Mochi tsuki, peralatan yang diperlukan adalah alat tumbuk dan alat pukul yang bentuknya seperti palu. Eh, ternyata berat sekali lho. Dan yang terpenting dari kegitan mochi tsuki adalah adanya “kolaborasi dan komunikasi” yang harus terjalin dengan rapi, si pemukul harus menunggu tanda dari si pemberi air pada mochi yang setiap kali telah tertumbuk untuk mencegah agar tidak lengket.

[caption id="attachment_313378" align="aligncenter" width="300" caption="Ada Komunikasi dan Kolaborasi dalam kerjasama Mochi Tsuki ini. Dok Pribadi"]

13887599972024859042
13887599972024859042
[/caption] Kalau tidak terjalin komunikasi yang baik, waahh yang memberi pelumas air bisa tercederai tangannya. Inilah mengapa mochi tsuki masih terus dilestarikan untuk menunjukkan pada para generasi muda Jepang cara berkomunikasi yang baik ala pim pong, satu pukul, satu balas, saling bergantian, tanpa jeda. Dengan jumlah yang sama. Dari cara komunikasi ini terlihat juga cara kerja sama dalam masyarakat Jepang, Mereka lebih mengutamakan 一対一ichi tai ichi, dalam konsep kerja-sama 共働作業 Kyoudou sagyou. Dan itulah potret kerja sama yang sesungguhnya dari kerja-sama sosial masyarakat manusia Jepang. Kayaknya agak berbeda ya, dalam konsep kerja-sama gotong royong dalam sosial masyarakat Indonesia, yang tidak perlu harus satu lawan satu. Maksudnya tidak perlu satu pekerjaan dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang tertentu, satu jenis pekerjaan bisa dikerjakan rame-rame. Ada plus minus nya juga sih. Kalau kerja sama satu lawan satu, jika terjadi kesalahan akan cepat termonitor karena jelas jalur pengerjaannya dan jelas siapa yang harus bertanggung jawab. Dan penyebab kesalahan lebih mudah tertelusuri. Cara kerja yang mana yang tepat untuk kita? Kayaknya kerjasama satu lawan satu ini lebih dituntut suatu kejujuran, dan lebih mengarah pada spesialisasi kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun