Mohon tunggu...
Paras Tuti
Paras Tuti Mohon Tunggu... Guru - Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Kosong itu penuh. Dan, penuh itu kosong

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tuhan, Jangan Turuti Permintaanku

15 Mei 2014   13:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:30 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuhan
Jangan turuti permintaanku

Tuhan
Jangan ajari aku mengemis

Tuhan
Ajari aku mempertajam sinyal tuk temukan diriMu

Asah ketajamanku tuk terima sinyal dariMu
Yang Kau alirkan seluruh sudut dunia
Pun disetiap pori-pori kulit tubuhku

Tapi mengapa?
Tetap ada pengingkaran pada pandang mataku
Kala tatap mesin penunjuk waktu
Sementara aliran sinyal kuat nusuk bola mataku
Dan penundaan tetap berlangsung
Sampai detik jarum berjalan memutari rute yang sama
Sang waktu kehilangan detaknya
Aku kehilangan waktu bercengkerama denganMu

Tapi mengapa?
Tetap ada rasa bandel tak menjauh dari tust keyboard
Kala tangkap suara penyeru
Sementara aliran sinyal kuat menabuh gendang telinga
Dan pura-pura tuli tetap jadi pilihan
Sampai antrean adzan lain menyusul
Aku membiarkannya hilang tergerus ketulian
Tuhan tak bosan mengulurkan tanganNya

Tuhan, jangan turuti permintaanku
Kuliti semua pori-pori tubuhku
Bukakan mata hatiku
Terangi lorong hatiku
Tuk lebih tajam terima alunan sinyal terompetMu

Akaike 20140515 pagi membuncah emosi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun