Survei politik memainkan peran penting dalam mengukur preferensi pemilih, namun kredibilitas lembaga survei perlu diperiksa ketika hasil menunjukkan perbedaan mencolok. Rilis terbaru dari LSI, Linus, dan Media Karya dalam Pilkada Kota Bekasi menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana data digunakan dan mungkin dimanipulasi.
Konsistensi Data dari LSI dan Linus
LSI dan Linus menunjukkan hasil yang konsisten. Pasangan Tri Adhianto-Harris Bobihoe unggul dengan elektabilitas 51-52%, sementara Heri Koswara-Sholihin berada di posisi kedua dengan 30-32%. Hasil survei LSI menggunakan multistage random sampling, melibatkan 440 responden dengan margin of error 4,8%
Sementara itu, survei Linus menunjukkan angka yang mirip dengan Tri Adhianto-Harris unggul di 51,88% dan Heri Koswara di 32,7%
Keanehan dalam Survei Media Karya
Di sisi lain, hasil survei Media Karya (Etos Institut) menunjukkan hasil yang sangat berbeda. Pasangan Heri Koswara-Sholihin justru memimpin dengan 38,7%, sementara Tri Adhianto-Harris Bobihoe berada di posisi kedua dengan 26,8%. Survei ini mengklaim memiliki tingkat kepercayaan 96% dan melibatkan 1.200 responden dengan margin of error 2,23%, yang merupakan metodologi yang tidak lazim dan berbeda dari standar yang digunakan lembaga survei lainnya
Mengapa Perbedaan Ini Penting?
Ketika hasil dari lembaga-lembaga survei kredibel seperti LSI dan Linus konsisten, tetapi berbeda drastis dari hasil lembaga yang metodologinya kurang jelas seperti Media Karya, hal ini menimbulkan kecurigaan. Dengan data yang sama, hasil survei bisa "dibuat berbohong" demi keuntungan pihak tertentu. Konsistensi hasil dari LSI dan Linus mencerminkan penggunaan metodologi yang lebih transparan dan akurat. Namun, survei Media Karya menimbulkan kecurigaan karena metodologi yang digunakan tidak lazim, terutama dengan tingkat kepercayaan yang berbeda dari standar ilmiah umum (95% atau 99%).
Survei Bayaran: Manipulasi Data?
Survei "bayaran" sering kali menjadi alat politik untuk mempengaruhi opini publik dengan memanipulasi hasil. Ketika hasil survei berbeda secara drastis tanpa penjelasan yang jelas, hal ini menimbulkan tanda tanya tentang apakah data tersebut telah digunakan dengan cara yang manipulatif.
Kesimpulan: Waspadai Hasil Survei
Survei harus ditafsirkan dengan hati-hati, dan kredibilitas lembaga survei sangat penting dalam memastikan hasil yang objektif. LSI dan Linus telah menunjukkan hasil yang konsisten, sedangkan Media Karya menunjukkan hasil yang jauh berbeda, dengan metodologi yang tidak jelas. Seperti kata pepatah, "Data won't lie, but liars can lie with data". Data memang tidak berbohong, tapi orang bisa menggunakan data untuk berbohong.
Sumber:
- LSI & Linus: Hasil LSI Pilkada Kota Bekasi di TVOne News
- Media Karya (Etos Institut): Hasil Survei Etos Institut di Media Karya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H