Postingan kali ini saya akan mendokumentasikan rangkaian acara terakhir dari perayaan Dies Natalis Institut Pertanian Bogor yang ke-48 sejak resmi berdiri pada tanggal 1 September 1963. Dengan tema "Inovasi IPB Menuju Era Baru Pertanian Indonesia".
Rangkaian beberapa event besar yang dimulai dari September lalu akhirnya ditutup dengan acara "1000 Mahasiswa Turun Desa" pada tanggal 20 November 2011 yang dibungkus dalam induk acara dengan nama yang lebih keren lagi, I-SHARE (IPB Social and Health Care 2011). Dalam acara turun desa ini, melibatkan peran aktif LPPM-IPB, seluruh lembaga kemahasiswaan serta beberapa komunitas yang ada di IPB dan juga mahasiswa-mahasiswi TPB, mulai dari Himpunan Profesi, BEM Fakultas, serta BEM-KM dan juga komunitas jurnalistik.
Berdasarkan jarkom dari panitia pusat, upacara pelepasan rombongan sekaligus penutupan rangkaian acara DN IPB ke-48 harusnya dimulai pukul 06.30 pagi, tapi pada kenyataannya kami harus menunggu sekitar 60 menit untuk mulai menyusun barisan di lapangan depan gedung Rektorat.
Pada sambutannya, pak Bambang selaku ketua panitia menyampaikan bahwa dalam rangkaian acara HUT IPB terakhir ini akan melibatkan 1500an mahasiswa IPB, serta ribuan masyarakat sekitar lingkar kampus IPB yang tersebar di 20 desa. Bahkan ada LK yang mengadakan kegiatan di sekitar Pelabuhan Ratu, masih termasuk dekat dengan fasilitas penelitian IPB yang ada di sana. Setelah pak Bambang, giliran pak Rektor IPB, Prof.Dr.Ir.Herry Suhardiyanto, M.Sc melepas para mahasiswa menuju desa tempat kegiatan mereka sekaligus menutup secara resmi rangkaian acara DN IPB ke-48.
Untuk HIMALKOM sendiri, dalam kegiatan ini mengajukan tiga proposal kegiatan yang semua pelaksanaannya bertempat di Desa Leuweungkolot, Kabupaten Bogor Barat. Yaitu, Cerdas Cermat tingkat SD dan SMP dengan media komputer memanfaatkan teknologi Multypoint dari Microsoft, pelatihan penggunaan aplikasi database bagi pagawai kelurahan, dan pengenalan internet sehat bagi pemuda sekitar kampung Cikonjen.
Acara Cerdas Cermat diadakan di SDN 5 Leuweungklot, diikuti belasan murid dari tiga sekolah, SDN 1 dan SDN 2 Leuweungkolt serta tentu saja kontingen dari tuan rumah (masih dalam suasana Sea Games). Sementara untuk tingkat SMP, pelaksanaan masih di tempat yang sama, juga diikuti belasan siswa dari beberapa SMP sekitar desa. Masing-masing pemenang 1,2, dan 3 pada setiap kategori berhak membawa pulang sebuah kebanggan serta piala tentunya.
Acara kedua, pelatihan penggunaan aplikasi database yang seharusnya dilakasanakan bersamaan dengan Cerdas Cermat namun dengan tempat berbeda malah belum sempat diadakan saat itu. Acara yang sudah dipersiapkan di LPK-Tepi Sawah Kampung Cikonjen malah sepi karena pegawai kalurahan yang awalnya menjadi sasaran acara ini tiba-tiba mengkonfirmasi ada kegiatan arisan. Rencananya, pelatihan ini akan tetap dilaksanakan dengan mencari waktu lain meskipun Dies Natalis 48 telah usai, namun berbakti kepada masyarkat tidak mengenal waktu.
Acara ketiga yang juga mengambil tempat di LPK yaitu pengenalan internet sehat mendapat apresiasi yang cukup tinggi dari pemuda dan remaja sekitar. Terbukti dari tujuh komputer yang tersedia semuanya terisi bahkan ada yang harus duduk bertiga, bahkan panitia terpaksa menambahkan satu unit laptop untuk digunakan peserta. Pada acara ini diberikan door prize kepada peserta yang beruntung berupa FD lupa GB.
Pukul 4.30 sore, seluruh rangkaian acara kami di kampung Cikonjen akhirnya selesai. Kampung yang penduduknya masih buang air di saluran-saluran irigasi persawahan. Kampung yang secara teritorial masih berada di dalama wilayah NKRI. Sebuah kampung dengan masyarakatnya yang ramah. Sebuah kampung yang memiliki pemuda-pemuda dengan semangat belajar dan ingin maju. Sebuah kampung yang memiliki potensi yang belum dimaksimalkan.
Namun kami sadar, yang kami lakukan masih belum apa-apa. Semoga kami bukan termasuk dalam golongan mahasiswa yang hanya mampu mengkritik pemerintah tanpa diikuti sebuah solusi. Semoga kami, mahasiswa pertanian, mampu menjadi pribadi-pribadi yang objektif dalam menilai, serta konstruktif dalam setiap memberi kritikan. Semoga kami bisa menyandang status mahasiswa ini sebagai suatu solusi, bukan halusinasi predikat tatanan sosial semata. Semoga kegiatan seperti ini bukan sekedar menjadi agenda simbolis tahunan, namun menjadi langkah awal untuk memulai sebuah rutinitas berkelanjutan dan progresif dari civitas IPB dalam rangka perwujudan salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi "Pengabdian Masyarakat". Jayalahhhhhh IPB kita....
versi asli plus dokumentasi gambar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H