Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Pengalaman Kulinerku di Surabaya dan Malang

28 Juni 2018   22:28 Diperbarui: 28 Juni 2018   23:03 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kalinya aku berpergian sendirian untungnya banyak kerabat yang sedang berada di kota Surabaya, bukan untuk pertama kalinya sih tapi entah kenapa aku sangat ingin pergi kesana. Selain untuk bersilaturahmi ke sanak saudara, aku ingin sekali menikmati suasana yang menurut aku berubah hampir 85% dari pertama kali aku menginjakkan kaki di kota ini. 

Sore itu aku mendarat di Bandar Udara Internasional Juanda, teman yang menjemputku langsung membawaku ke rumah makan Soto Cak Choirul. Menikmati sop buntut hangat yang merupakan salah satu hidangan yang membuat perut hangat dan kenyang. Sebuah awalan yang cukup mengobati rasa kangen terhadap kehangatan kota surabaya yang aku kenal.

Setelah itu barulah kami menuju ketempat menginap, senja menuju malam yang sangat indah aku baru menyadari perubahan kota Surabaya yang sangat pesat. Lampu-lampu yang sangat indah mengiasi kota Surabya, sayangnya aku jarang menggabadikan moment yang sedang terjadi di sekitar kota Surabaya sangking aku menikmati kecantikan kota ini kecuali beberapa makanan khas yang menggugah selera. Sesampainya di tempat penginapan kami beristirahat. 

Malam menjelang, ketika mata belum bisa terpejam karena perut sudah mulai berbunyi minta di isi, kami pun bergegas bersiap untuk mengarungi malam di kota surabaya, sambil mencari kuliner malam, sebenarnya sangat banyak tempat kuliner malam atau tempat makan yang buka  24 jam di surabaya, namun kami akhirnya menjatuhkan pilihan untuk mencoba makan Nasi Cumi Pasar Atom. Tempatnya tidak terlalu besar, namun kuliner kaki lima ini sangat menggugah selera, sangat pas dengan cuaca malam itu yang berangin.

Keesokan hari setelah kami keluar dari penginapan, kami bergegas mencari tempat makan siang yang pas juga sekalian mencari oleh-oleh untuk keluarga ketika nanti kembali. Setelah berputar di bawah teriknya matahari kota Surabaya kami memutuskan untuk menuju ke Depot Sambal Bu Rudy yang sangat terkenal sebagai tempat mencari oleh-oleh kota pahlawan ini. Disana kami memilih nasi udang dan nasi pecel komplit menu favorit sebagai pilihan santap siang kami, setelah itu kami mengantri untuk membeli oleh-oleh sambal Bu Rudy. 

Tidak salah memang sangat ramai orang berlalu lalang keluar masuk ke tempat ini karena sangat banyak pilihan oleh-oleh mulai dari sambal, makanan berat, kue-kue basah hingga jajanan khas Jawa Timur bisa kita dapatkan disini. Saya akhirnya membeli sambal yang memang tadi sudah saya cicipi terlebih dahulu saat makan siang. 

Terlihat juga di depan sentra ini banyak pedagang-pedagang lain menjajakan dagangan, jadi semakin lengkap kuliner kami siang itu. Bagaimana secara baik tertata antara penjual satu dengan yang lain menjajakan jualannya memang melambangkan kota Surabaya yang saling bahu membahu untuk maju.

sumber : pribadi
sumber : pribadi
Setelah bersantap siang kami pun segera bergegas berkeliling-keliling kembali menyusuri kota pahlawan yang asri, setelah kami melihat tugu dan patung yang berada di Surabaya. Siang itu hari terasa sangatlah panas dan akhirnya kami memutuskan untuk singgah di salah satu tempat ice cream yang cukup ramai yaitu Zangrandi ice cream untuk melepas dahaga. Sungguh sangat pas di cuaca siang itu yang panas lalu menyantap ice cream yang dingin. Tak lama kami sudah harus bergegas menuju kota selanjutnya karena perjalanan masih panjang.

 Perjalanan kami selanjutnya menuju kota Malang. Dalam perjalanan kali ini kami disuguhkan pemandangan yang sangat indah. Gunung Panderman yang menjulang ke atas awan merupakan salah satu pemandangan yang kami nikmati selama dalam perjalanan di kota Malang, angin yang cukup kencang membuat kami menikmati perjalanan sambil mendengarkan beberapa lagu bergenre slowrock.

 Setelah keluar tol ternyata di daerah Pandaan tidak jauh berbeda dengan kota Surabaya kami tersendat untuk menuju kota Malang karena arus mudik yang belum juga berakhir, kurang lebih setengah jam stuck di perjalanan akhirnya kami sampai juga di kota Malang. Karena selama diperjalanan kami tidak menyediakan makanan atau cemilan, di tengah jalan pun kami merasa lapar dan akhirnya kami mencoba makan-makanan hits yang ada di sana yaitu Mie Setan.

sumber : pribadi
sumber : pribadi
Saya merasa perkembangan tempat makan di Malang begitu berkembang pesat, banyak tempat makan (restaurant) atau caf yang selalu ramai didatangi para anak muda maupun keluarga. Memang Malang merupakan kota yang tidak terlalu besar, namun suasana sejuk khas pegunungan memang selalu kurindukan. Seperti itu mungkin yang dirasakan orang-orang yang datang ke Malang untuk kuliah, bekerja atau hanya sekedar berwisata. Malam itu kami menyambangi keluarga temanku di salah satu tempat perbelanjaan. Terlihat hiruk pikuk orang yang mencari kesenangannya, setelah itu saya pun bergegas menuju ke penginapan untuk beristirahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun