Mohon tunggu...
Erika Kurnia
Erika Kurnia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Gadis humanis.

Selanjutnya

Tutup

Money

Urgensi Penerbangan Haji

31 Agustus 2013   19:43 Diperbarui: 12 Juli 2016   10:12 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kemenag.go.id

[caption id="" align="aligncenter" width="476" caption="Sumber: kemenag.go.id"][/caption] 

***Setelah sebulan lebih berkesempatan untuk magang di Unit Hajj, VVIP, and Charter milik perusahaan penerbangan nasional Garuda Indonesia, penulis mendapatkan setidaknya ilmu baru tentang bisnis penerbangan dalam membantu masyarakat muslim melaksanakan Rukun Iman yang kelima, yaitu beribadah haji. Penulis membuat artikel ini semata-mata untuk menyampaikan informasi yang bisa dipelajari publik. Informasi yang dikumpulkan di tahun 2013 ini sangat mungkin mengalami pembaruan atau perubahan***

Setelah melewati Idul Fitri dan Bulan Syawal, umat Islam akan kembali merayakan hari raya terbesar dalam satu tahun yaitu Idul Adha. Idul Adha yang jatuh pada Bulan Dzulhijjah identik dengan hari raya Haji, karena di bulan itulah ibadah haji wajib dilaksanakan. 

Setiap tahunnya, ada hampir 2,5 juta jamaah haji dari penjuru dunia yang datang ke Tanah Suci, tak terkecuali penduduk Indonesia yang menyumbang kurang lebih 10% jamaah dari total worldwide. Jumlah itu bisa terus meningkat tiap tahunnya, mengingat tingkat ekonomi penduduk kita yang terus membaik dalam dekade terakhir, belum lagi jika pertumbuhan penduduk Indonesia semakin melonjak. 

Perlu kita ketahui bahwa dasar perhitungan dan pemberian kuota untuk masing-masing negara telah ditetapkan dalam KTT OKI tahun 1987 di Amman, Yordania, yaitu sebesar 1/1000 dari jumlah penduduk muslim suatu negara. Itulah mengapa Indonesia, yang dikenal sebagai negara Muslim terbesar, selalu menjadi negara yang paling banyak mengirim jamaah haji.

Dengan kesempatan yang begitu besar bagi penduduk Indonesia, maka penyelenggaraan haji menjadi sesuatu yang penting dan unik. Unik karena kegiatan haji diadakan dalam kurun waktu tertentu dan menjadi pusat perhatian. Kegiatan haji bagi pemerintah Indonesia juga menjadi penting karena sangat sarat koordinasi dan merupakan bagian dari misi nasional. 

Selain itu, kegiatan haji juga membawa berkah tersendiri bagi ekonomi negara.Selain pemerintah, pihak penerbangan haji juga menjadi pemain utama dalam penyelenggaraan kegiatan haji. Di Indonesia, Garuda Indonesia telah dipercaya sebagai penerbangan haji sejak tahun 1955 hingga tahun ini. 

Sedikit informasi, sejak tiga tahun yang lalu Kementerian Agama memberlakukan sistem tender dalam pemilihan perusahaan penerbangan haji. Berbagai perusahaan penerbangan, baik dalam maupun luar negeri, dapat ikut serta dalam tender tersebut—tentunya dengan seleksi yang sangat ketat. Penerbangan haji menjadi salah satu penentu kesuksesan kegiatan haji. 

Berbagai urusan dibebankan kepada perusahaan penerbangan, mulai dari urusan penyewaan pesawat, perencanaan tarif haji, penentuan jadwal perjalanan haji, sampai penyediaan koper jamaah. Semuanya tentu tidak hanya dikerjakan oleh internal perusahaan saja, pihak eksternal pun perlu terlibat di dalamnya. Pihak eksternal mulai dari pemerintah Saudi, pemerintah Indonesia di provinsi hingga pemerintah kabupaten/kota, serta berbagai penyedia layanan lainnya perlu menjalin kerja sama dengan pihak penerbangan haji.

Dalam hal perencanaan tarif haji misalnya, perusahaan harus mempertimbangkan standard yang ditentukan oleh Kemenag. Selain itu, harga sewa (leasing) pesawat dan bahan bakar, yang memakan 80% dari ongkos haji, harus dirundingkan secara matang dengan pihak-pihak terkait. Jika rencana tarif sudah ditentukan, maka yang selanjutnya harus menyetujui adalah DPR. 

Berikut adalah rata-rata persen alokasi ongkos haji: 42% untuk sewa pesawat, 42% untuk avtur, sisanya untuk biaya operasional dan akomodasi, serta keuntungan perusahaan. Ongkos haji rata-rata tahun ini adalah 32 juta Rupiah—dihitung dari selisih ongkos per embarkasi.

Perusahaan penerbangan haji juga harus pintar menjalin kerja sama dengan jamaah atau masyarakat pada umumnya. Selain untuk kepentingan pelayanan, namun juga untuk membangun kepercayaan. Apa jadinya jika perusahaan tidak serius dalam melayani jamaah? Ibadah akan terganggu, keselamatan terancam, bahkan nama baik negara dapat terlihat buruk jika perusahaan payah dalam menangani kepentingan ibadah haji. 

Apalagi jika melihat perkembangan masyarakat dan media yang begitu responsif, maka penerbangan haji harus bisa lebih pintar dalam mengatur tugasnya.

Tahun ini, Garuda Indonesia dan Saudi Airlines (bergabung sejak 1999) akan menerbangkan jamaah haji di lebih dari sepuluh embarkasi. Jumlah embarkasi atau titik penerbangan haji di Indonesia tersebar di Bandara Aceh, Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Solo, Surabaya, Balikpapan, Banjarmasin, Makasar, dan yang terbaru adalah Lombok. 

Jumlah jamaah haji yang akan diberangkatkan tahun ini adalah sekitar 170 ribu orang, baik reguler maupun khusus. Menurut informasi, jumlah kuota jamaah berkurang 1/5 dari perencanaan sebelumnya akibat pembatasan oleh pemerintah Saudi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun