Saya menduga, di sinilah salah kaprah itu bermula. Â Ketika mendengar istilah frozen food, tampaknya yang terbayang di benak kebanyakan orang adalah makanan semacam nugget, sosis, burger, hot dog, dkk.Â
Nugget adalah frozen food, pemahaman itu seperti nempel sekali khususnya di kepala ibu-ibu rumah tangga seperti saya ini. Â Hal ini dapat dipahami mengingat gencarnya iklan macam-macam nugget, sosis "tinggal lheb" dan kawan-kawannya sebagai frozen food.Â
Kalau kita pergi ke toko dan waralaba yang melabeli diri sebagai "toko frozen food", terlihat kalau frozen food semacam nugget dkk lebih mendominasi di dalamnya dibanding dengan makanan utuh beku seperti daging ayam, fillet ikan, sayur dan buah beku. Â Padahal, makanan semacam nugget sebenarnya lebih tepat disebut sebagai makanan ultra olahan beku / frozen ultra processed food (selanjutnya dalam tulisan ini disebut sebagai frozen UPF).
Kerancuan pemahaman tersebut tampaknya justru menjadi peluang bagi sejumlah pelaku industri pangan untuk melabeli frozen UPF sebagai frozen food. Â Padahal keduanya tidak sama.
Dengan melabeli frozen UPF sebagai sekedar frozen food saja seolah-olah mengaburkan fakta bahwa makanan tersebut dibuat melalui proses panjang disertai penambahan berbagai zat aditif yang berimplikasi pada berkurangnya nutrisi.
Bagi saya, ini seperti tehnik kamuflase produsen pangan sarat gula sebagaimana pernah saya bahas dalam tulisan yang lalu di sini .
Makanan Ultra Proses Beku (Frozen UPF)
Sebagian besar makanan yang dikonsumsi masyarakat saat ini memang sudah melalui proses pengolahan.  Sejumlah kecil makanan masih dikonsumsi dalam bentuk mentah (raw food) seperti buah dan sayuran segar.  Namun perlu diingat bahwa masing-masing tingkat pengolahan membawa konsekwensi yang berbeda terhadap keutuhan nutrisi dalam makanan. Semakin panjang prosesnya, semakin berkurang kutuhan nutrisinya. Sedangkan tujuan orang makan tentunya bukan sekedar untuk kenyang melainkan juga untuk memperoleh nutrisi yang berguna untuk tubuh.
Pada tahun 2009, para peneliti dari Universitas Sao Paulo, Brazil telah mengusulkan sebuah kerangka kerja untuk menggolongkan makanan menurut keutuhan nutrisinya berdasarkan proses pengolahannya. Â Kerangka kerja yang kemudian dikenal sebagai NOVA Food Classification tersebut kemudian diterima dan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan diterapkan dalam berbagai riset tentang makanan.
Menutut NOVA, berdasarkan proses pengolahannya makanan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Â Makanan yang belum diproses atau minim proses
Yaitu makanan murni dari alam yang dapat dikonsumsi secara langsung, meliputi buah, sayur, biji-bijian, umbi batang, jamur, alga, telur, susu hingga mata air.