Mohon tunggu...
Paramesthi Iswari
Paramesthi Iswari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga. Sedang belajar untuk kembali menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Menjelaskan tentang Kondisi Ekonomi Saat Ini Kepada Anak

5 Oktober 2024   09:09 Diperbarui: 5 Oktober 2024   09:25 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapkan kegiatan yang lebih ramah di kantong, misalnya berhenti sementara dari les bola dan sebagai penggantinya menemani anak bermain bola di lapangan sekitar setiap akhir minggu.  Atau, mungkin mengurangi nonton film di bioskop dan menggantinya dengan nonton film bersama melalui saluran berbayar pada akhir minggu. 

Orang tua juga perlu menekankan pentingnya saling membantu dan lebih saling menyayangi satu sama lain.  Misalnya, anak perlu membantu melakukan pekerjaan rumah yang sederhana karena sekarang kesibukan orang tua bertambah dengan pekerjaan sampingan demi mencukupi kebutuhan keluarga.

Sampaikanlah penjelasan tersebut dengan tenang dan bebaskan anak untuk menyampaikan pertanyaan, pendapat dan perasaannya. Selalu sertakan alternatif solusi di mana mereka dapat berpartisipasi sehingga anak akan memiliki keyakinan bahwa ia pun bisa membantu situasi agar lebih baik. 

Menjelaskan tentang Kelesuan Ekonomi dan Resesi

Menginjak usia belasan, anak mungkin mulai bertanya tentang fenomena yang lebih luas, misalnya mengapa harga-harga naik, mengapa banyak perusahaan tutup, dll.  Ini adalah kesempatan yang baik untuk mengajak anak memahami lebih jauh tentang uang dan ekonomi melalui terminologi sederhana yang sesuai tingkat pemahaman mereka.

Orang tua dapat mengawali penjelasannya secara sederhana tentang ekonomi.  Setiap hari orang-orang menjual dan membeli barang dan jasa, itulah ekonomi.  Semakin banyak jual beli dilakukan, semakin baik perekonomian.  Dalam kondisi ini perekonomian bertumbuh positif.

Namun demikian, ekonomi tidak selalu berjalan dengan baik.  Terkadang harga-harga jatuh karena orang-orang tidak mampu membeli.  Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap kemampuan orang-orang untuk membeli barang/jasa.  Misalnya biaya pendidikan, pajak, dll.  Ketika harga barang-barang jatuh, hal itu membuat perusahaan rugi, pabrik tutup dan orang-orang kehilangan pekerjaan; itulah situasi ekonomi yang buruk.

Dalam situasi ekonomi yang memburuk, kenaikan harga pangan, transportasi, perumahan akan membuat orang-orang mengurangi belanjanya.  Hal itu mengakibatkan efek beruntun seperti penutupan sektor usaha, PHK besar-besaran, dll.  Bila situasi tersebut terus berlanjut selama beberapa bulan berturut-turut, maka keadaan itu disebut dengan resesi. 

Penyebab Resesi dan Siklus Perekonomian

Dinamika perekonomian kadang naik kadang turun.  Itulah yang disebut dengan siklus ekonomi.  Di masa lalu perekonomian dunia sudah mengalami resesi berkali-kali.  Demikian pula di Indonesia..  Kabar baiknya, biasanya resesi itu hanya sementara.  Pada akhirnya situasi berangsur-angsur membaik dan kembali pulih.

Resesi bisa terjadi karena berbagai sebab.  Salah satunya adalah karena peristiwa besar yang tiba-tiba terjadi dan mengakibatkan kejutan/ shock ekonomi.  Pandemi covid 19 adalah salah satu contoh peristiwa yang memicu terjadinya resesi. Lock down di berbagai negara membuat perusahaan tutup, orang-orang kehilangan pekerjaan dan ekonomi terhenti. 

Terjadinya perang juga dapat memicu kejutan ekonomi yang mengakibatkan resesi.  Seperti perang antara Ukraina dengan Rusia yang masih terjadi saat ini juga sempat menyebabkan melambungnya harga bahan bakar, kelangkaan pupuk dan tersendatnya pasokan gandum.

Untuk mempermudah pemahaman anak, shock ekonomi bisa dianalogikan dengan sebuah balon yang tiba-tiba meletus atau seorang badut yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.  Hal itu tentu akan membuat seseorang terkejut.  Jantungnya berdebar-debar, dan membuatnya terdiam beberapa saat sebelum ia bisa kembali pada respon yang normal.  Demikian pula dengan perekonomian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun