Mohon tunggu...
Paramesthi Iswari
Paramesthi Iswari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga. Sedang belajar untuk kembali menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Merawat Bonding antara Orangtua dengan Anak dalam Bayang-Bayang Resesi

1 Oktober 2024   16:05 Diperbarui: 6 Oktober 2024   19:02 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang orang tua lupa bahwa anak-anak pun tak lepas dari imbas buruknya perekonomian saat ini.  Tak hanya terpapar lewat pemberitaan media massa yang massif tentang situasi aktual dunia, mereka merasakan uang sakunya tak bisa lagi membeli jajan sebanyak dulu.  Mereka melihat orang tua yang berusaha mencukupkan penghasilan di tengah harga kebutuhan pokok yang naik.  Mungkin juga mereka melihat temannya mengalami kesulitan ekonomi.  Meski tak selalu bisa mengutarakan, anak-anak kita dapat merasakan kegelisahan yang sama. 

Dalam situasi ini, hal minimal yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah menjaga kesejukan suasana di rumah.  Suami istri dan angota keluarga yang telah dewasa perlu menyepakati batasan pembicaraan yang boleh terjadi di hadapan anak-anak.  Hindari bertengkar – khususnya masalah finansial di hadapan anak-anak yang akan membuat mereka menjadi cemas.  Upayakan agar rumah tetap menjadi ruang yang paling aman dan nyaman bagi semua anggota keluarga.    

3.  Membantu Anak Memahami Situasi

Pada usia tertentu, anak sudah dapat mengerti apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.  Apalagi di tengah derasnya paparan pemberitaan media yang tak jarang memantik hoax dan kekhawatiran (fear mongering).  Alih-alih membiarkan anak menyimpan kecemasannya sendiri, orang tua sebaiknya memberikan penjelasan tentang situasi yang sebenarnya.  Tentu saja penjelasan harus diberikan sesuai dengan usia dan tingkatan pemahaman mereka.

Orang tua perlu menempatkan diri sebagai figur tempat anak bisa bertanya tentang apa saja dan menumpahkan kegelisahannya dengan nyaman.  Hal itu bisa dilakukan dengan cara membuka diri terhadap diskusi dan menjelaskan dengan kalimat sederhana tentang apa itu resesi, mengapa banyak perusahaan tutup, mengapa harga barang-barang naik, mengapa harus berhemat, dll.  Dalam hal merasa kurang memiliki pengetahuan dan ketrampilan menjelaskan topik tertentu, orang tua dapat memposisikan diri sebagai teman bagi anak yang bersama-sama mencari jawaban melalui buku, internet atau orang lain yang dipandang bisa memberikan penjelasan.

4.  Melibatkan Anak dalam Kerja Sama Menghadapi Resesi

Dilandasi dengan penjelasan yang memadai, anak bisa dilibatkan dalam kerja sama keluarga di masa krisis ini, misalnya dalam upaya berhemat dan menabung.  Anak bisa dilibatkan dalam upaya menghemat penggunaan listrik dan air, memilih menu makanan yang bergizi namun lebih murah, memanfaatkan ulang barang bekas, mengambil keputusan tentang pembelian suatu barang, dll.  Tentu saja hal ini bisa diterapkan dengan cara yang menyenangkan dan dengan kesediaan orang tua untuk menjadi teladan.  Dengan demikian, bonding keluarga sebagai sebuah tim dapat diperkuat. 

Jangan lupa untuk memberikan pujian kepada anak atas kontribusi positifnya dan mengapresiasinya ketika ia menyampaikan gagasan, karena dengan demikian orang tua dapat mendorong dan memperkuat ketangguhan anak dalam berhadapan dengan krisis yang tentunya sangat bermanfaat bagi masa depannya. 

5.  Rekreasi yang ramah di kantong

Dalam situasi ekonomi yang lesu, menipisnya selisih antara pendapatan dengan pengeluaran akibat kenaikan harga kebutuhan pokok membuat kebutuhan sekunder seperti hiburan harus dikurangi atau ditunda.  Dalam kondisi tersebut orang tua perlu memfasilitasi kegiatan rekreatif yang lebih bersahabat dengan kantong namun tak kehilangan esensinya untuk mempererat bonding dengan anak.  Beberapa kegiatan tersebut misalnya: jogging atau bersepeda bareng, memasak atau barbeque bareng, jalan-jalan ke tempat wisata di sekitar tempat tinggal, main game bersama, mengganti acara nonton film di bioskop dengan nonton film di Netflix, dll.

pexel
pexel

6.  Saling Menguatkan dan Memelihara Harapan Bersama

Bahkan bila berbagai pemberitaan mengatakan suramnya prediksi keadaan ke depan, orang tua justru harus selalu merawat optimisme dalam keluarga.  Orang tua perlu memberikan pemahaman kepada anak bahwa resesi adalah sesuatu yang sementara.  Dunia telah mengalami resesi ekonomi berulang kali dan pada saatnya akan kembali membaik.  Upaya saling menguatkan tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara dari yang paling sederhana seperti gesture menyempatkan diri untuk memeluk anak, mendengarkan curhatnya dan memberikan peneguhan dan motivasi, hingga berdoa dan beribadah bersama.

Resesi atau perekonomian yang lesu dapat menjadi situasi yang membuat stress bagi orang tua maupun anak. Alih-alih menambah suram situasi yang ada, orang tua dapat memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk membangun ketangguhan anak dalam menghadapi krisis.  Hal itu bisa dilakukan dengan membantu anak memahami bahwa terkadang perekonomian mengalami kemandegan namun sejarah menunjukkan bahwa pada akhirnya situasi akan kembali membaik.  Resesi memang menyebalkan, namun jangan biarkan ia merenggut optimisme dan kebahagian kita. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun