Mohon tunggu...
Paramesthi Iswari
Paramesthi Iswari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga. Sedang belajar untuk kembali menulis.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Patatje Oorlog, Sambal Kacang dan Timnas Indonesia

12 September 2024   13:05 Diperbarui: 12 September 2024   20:16 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patatje Oorlog. Foto: Taste Atlas


Kentang goreng adalah kudapan yang digemari oleh masyarakat di berbagai negara. Di Indonesia, kudapan itu sering disajikan bersama dengan saos tomat. Menyajikan kentang goreng yang dikombinasikan dengan sambal kacang barang kali kurang familiar di sini. Namun, kentang goreng dengan sambal kacang adalah street food yang cukup digemari di Belanda. Mereka menyebutnya sebagai Patatje Oorlog.   

Kata “patata” dalam Bahasa Belanda berarti kentang goreng. Sedangkan kata “oorlog” berarti perang. Patatje Oorlog (dibaca pa-ta-che  ur-loh), kentang yang berperang. Nama yang menggelitik rasa ingin tahu yang segera terjawab oleh penampilan kudapan tersebut. 

Patatje Oorlog adalah kentang goreng yang disajikan dengan sambal kacang dan saos lain secara bersamaan. Kombinasi yang lazim digunakan adalah mayonaise, namun tak jarang pula digunakan saos kari atau saos tomat yang lazim disebut sebagai ketchup. Di atas sambal dan saos yang meleleh pada kentang goreng hangat tersebut kemudian ditaburi dengan irisan bawang merah. 

Kudapan dengan Cita Rasa Universal

Patatje Oorlog adalah jajanan yang sering dijual di pinggir jalan. Kudapan ini sering disajikan dalam bungkus kertas kerucut (cone) atau dalam wadah biasa berbentuk persegi. Tak ada tata cara khusus untuk menyantapnya. Kita bisa langsung mengambil kentangnya dengan tangan, mengoleskannya pada aneka saos dan tak lupa menyertakan potongan bawang dalam suapan.  

Kentang hangat yang renyah dan empuk berpadu dengan aneka saos serta sedikit sentuhan pahit dari potongan bawang tak ayal menciptakan sensasi rasa yang berperang di dalam mulut. Bahkan setelah kudapan tandas disuap, yang tersisa adalah aneka saos yang tercampur berantakan di dalam wadah, layaknya sisa-sisa peperangan sengit.

Daya tarik kudapan ini justru terletak pada kesederhanaan yang membuatnya mudah diterima oleh cita rasa global. Patatje oorlog menjadi kudapan yang dapat dinikmati di saat sendiri maupun saat berkumpul bersama dengan keluarga dan teman-teman. Panganan ini juga bisa dinikmati dalam berbagai musim. 

Patatje Oorlog. Foto: Taste Atlas
Patatje Oorlog. Foto: Taste Atlas

Sepotong Sejarah dalam Kudapan

Ketika saya menyantapnya untuk pertama kali di tahun 2007 di Rotterdam, Annemarie, sahabat saya bercerita tentang 2 anggapan yang berbeda terkait asal usul patatje oorlog. Ada yang beranggapan bahwa makanan itu diperkenalkan oleh tentara Belanda yang sedang berperang di perbatasan Belgia dalam perang dunia pertama. Saya sedikit meragukan kebenaran kisah ini.  Kalau kisah ini benar, lalu dari mana rasa pedas dalam sambal kacang berasal?  

“I know, I know….that’s not the story you’re expecting to hear,” tukas Annemarie sambil tersenyum. 

Ia tahu, sentuhan rasa sambal ulek dalam saos kacang pada patatje oorlog tak bisa disembunyikan dari lidah Indonesia dan cerita asal usul itu tadi terasa ganjil.

Berbeda dengan saos lain yang bisa digunakan secara bergantian, keberadaan sambal kacang pada patatje oorlog layaknya sebuah pakem yang tak boleh dilanggar. 

Sambal kacang adalah salah satu bentuk budaya yang diimport oleh Belanda dari Indonesia, baik melalui sejarah panjang kolonialisasi maupun migrasi masyarakat Indonesia ke Belanda. 

Saat ini, banyak restoran di Belanda yang menyajikan patatje oorlog dengan berbagai variasi sambal dan saosnya. Namun patatje oorlog dalam bentuk yang paling orisinil menggunakan 3 kombinasi dalam toppingnya: sambal kacang, mayonaise dan potongan bawang. 

Kompleksitas cita rasa sambal kacang ala Indonesia memang tak mudah untuk direplikasi di Belanda. Beberapa bumbu yang digunakan dalam membuat sambal kacang seperti: kencur, jahe, terasi, daun jeruk ataupun asam jawa tak mudah ditemukan di Belanda. Namun hal itu tak menyurutkan kegemaran masyarakat Belanda kepada sambal kacang.  

Salah satu cara yang sering digunakan adalah menggunakan sambal ulek kemasan untuk menggantikan sentuhan macam-macam empon-empon dalam membuat sambal kacang. Masyarakat Belanda juga sering menggunakan sambal kacang – atau yang mereka sebut sebagai satay sauce – untuk mencocol aneka makanan seperti roti, ketimun, kroket, dll.   

Patatje oorlog sekilas tampak sebagai kudapan biasa namun di dalamnya ada metafora yang sulit untuk diingkari. Kontrasnya warna coklat sambal kacang dan mayonaise yang putih saling berebut ruang dalam wadah seperti sedang berperang, namun justru menciptakan harmoni rasa. Mayonaise yang dingin terasa kontras dengan sambal kacang yang sedikit pedas. Metafora yang kian jelas bila mengingat kehadiran patatje oorlog yang berjalin kelindan dengan sejarah kolonialisme.

Patatje oorlog mengingatkan saya pada realita bahwa sejarah kekerasan dan penindasan sering tersembunyi dalam hal-hal yang terlihat biasa-biasa saja dalam keseharian, seperti dalam makanan, pakaian, maupun bahasa yang kita gunakan.

Senja itu, menyantap patatje oorlog telah mengantar kami pada percakapan yang tak terduga.

“I am sorry for the past,” ujar Annemarie terdengar lirih, ringkas namun jelas dan tulus. 

Untuk kesekian kalinya saya mendapat ucapan serupa dari kawan yang berasal dari Belanda. Hingga kini pun saya masih tak tahu jawaban yang paling tepat untuk merespon ucapan tersebut. Pahit getir rasa bersalah sebagai beban sejarah kolonialisasi ternyata tak bisa ditepis begitu saja bahkan oleh generasi yang hidup berpuluh tahun sesudahnya.

Setiap kesalahan membutuhkan pertanggungjawaban. Setiap luka membutuhkan pemulihan. Kami sama-sama tahu pemerintah kedua negara tengah berproses mencari cara terbaik untuk itu. Namun setidaknya, sejarah kelam itu tak perlu menjadi hambatan untuk saling berteman sebagai sesama manusia.

“You know what?  We are now free human beings, Annemarie. Let’s move on as free human beings to make this world a better place”.

Ya, kini kita adalah manusia-manusia merdeka. Seriring dengan proses rekonsiliasi yang tengah berlangsung, generasi Belanda pasca kolonial setidaknya perlu tahu juga bahwa bangsa Indonesia terbuka terhadap relasi yang lebih baik, berprinsipkan kesetaraan, keadilan, dan saling bermanfaat. Sebagaimana juga sambal kacang yang berpadu harmonis dengan mayonaise dalam patatje oorlog, pertalian erat kedua bangsa dapat dilihat pula pada wajah timnas Indonesia saat ini yang bahu membahu mewujudkan impian bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun