Ini adalah cerita dari sebuah bangsa yang terhinakan oleh waktu. Bangsa yang besar, bangsa yang telah mencapai puncak dan terpelanting ke bawah kembali ke dasar. Bangsa ini begitu dimanja dengan alamnya yang kaya raya. Alamnya yang indah mempesona bagai surga, yang menyediakan kebutuhan mereka sehari-hari tanpa perlu bersusah payah dalam berusaha. Bangsa yang kebutuhan fisiologinya selalu tercukupi tanpa perlu khawatir. Sesuai dengan kata Maslow, mereka yang telah terpenuhi kebutuhannya akan suatu hal akan melanjutkan ke kebutuhannya yang lain. Bagi bangsa ini, kebutuhan fisiologi bukanlah suatu hal yang sulit sehingga mereka bisa beranjak ke level berikutnya tanpa perlu bersusah payah. Karena kebutuhan-kebutuhan dasar mereka telah terpenuhi, kehidupan mereka telah berfokus pada kebutuhan-kebutuhan lainnya. Mereka belajar tentang kebersamaan dan cinta. Mereka belajar tentang penerimaan diri (self esteem). Mereka belajar ilmu, seni, hingga mencapai kebermaknaan hidup mereka. Semua itu terangkum dalam kebudayaan mereka. Mereka telah memahami itu ratusan tahun lalu. Jauh sebelum psikologi tumbuh dan memahami pentingnya hal-hal ini. Mereka telah maju ratusan tahun dibanding bangsa lain. Mereka telah memahami nilai-nilai ini ketika bangsa lain masih sibuk memenuhi kebutuhan mereka yang paling dasar. Bangsa ini telah berada jauh di depan, bahkan saat ini pun bangsa lain mungkin belum bisa mengejarnya. Namun waktu berkata berbeda. Waktu memaksa mereka untuk berubah. Seiring berjalannya waktu, alam pun tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan mereka yang paling dasar. Mereka tidak bisa lagi mengandalkan alam mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mereka bingung dan panik. Selama ini mereka belum pernah dihadapkan persoalan semacam ini. Selama ini mereka sibuk mempelajari tentang seluk beluk kebutuhan-kebutuhan tingkat atas mereka. Mereka tidak terbiasa mengatasi persoalan-persoalan pemenuhan kebutuhan tingkat bawah mereka. Kini mereka terhinakan oleh bangsa lain. Ketika bangsa lain telah berhasil mengatasi kebutuhan tingkat bawah mereka, bangsa ini bingung mengatasinya. Bangsa ini telah tertinggal jauh dalam hal kebutuhan tingkat bawah. Bangsa ini terpuruk. Jadilah mereka dalam kebingungan. Mereka mulai tidak percaya dengan kebudayaan mereka yang dahulu karena tidak bisa memecahkan masalah yang mereka hadapi saat ini. Mereka frustasi, dan mulailah mereka belajar dari bangsa lain. Mereka merasa semakin rendah diri ketika melihat apa yang dapat dilakukan bangsa lain dalam memenuhi kebutuhan fisiologi mereka. Mereka menjadi takjub akan kekuatan bangsa lain dan merendah terhadap diri sendiri. Mereka merasa tidak memiliki sesuatu yang dapat diunggulkan. Tetapi tahukah mereka? Jauh dibalik kehinaan mereka, bangsa lain takjub terhadap mereka yang telah berhasil mencapai tingkat tertinggi dalam piramida Maslow. Nilai-nilai tersebut jauh tertanam dalam budaya mereka yng kini mulai mereka tinggalkan. Budaya yang mereka buang, namun bangsa lain justru sedang berusaha menciptakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H