Bulan ini baru musim anak ujian tengah semester, bunda banyak yang mengeluh pusing, stres, bahkan gak sabar sama anak. Hal tersebut terjadi karena anak tidak mau belajar sedangkan lebih memilih untuk bermain.Â
Ibu harus berantem atau menggunakan nada dengan oktaf tinggi untuk membuat anak mau belajar untuk persiapan ujian keesoakan hari. Sebenarnya wajar gak sih hal tersebut terjadi?
Bunda, anak memiliki tahapan masing-masing ya. Pertama, yang harus dipahami oleh orangtua terkhususnya ibu. Mengapa ibu?Â
Karena biasanya ibu yang bekerja keras untuk mendampingi sang buah hati selama belajar, tapi tidak menutup kemungkinan sang ayah juga ada ya yang mendampingi, tetapi jarang sekali ya bun. Wajar kok, karena bapak tidak mempunyai stock sabar seperti ibu, walaupun banyak ngomelnya ya bun.Â
Kita lanjut kedua ya, selain anak memiliki tahapan masing-masing, kita juga harus pahami dulu tuh kalau anak kita itu unik bun, kenapa bisa dibilang unik? Karena perpaduan dari kedua orangtua, sehingga kita harus tahu tipe anak kita itu seperti apa, mirip ayah atau ibu, atau mungkin keduanya.Â
Ketiga, kita juga harus pahami tipe belajar anak itu seperti apa, dari visual, auditori atau kinestetik.Â
Keempat, kita usahakan menggunakan belajar yang menarik ini khususnya untuk anak SD, karena masa peralihan dari TK, di SD merupakan pembentukan dasar dari kebiasaan anak, mulai dari kedisiplinan, tanggung jawab dan kemandirian. Jika kita salah atau asal-asalan dalam membentuk kebiasaan anak, hal itu akan terbawa sampai ia remaja bahkan dewasa.Â
Peran penting orangtua itu sebenarnya ada dis ini, jika itu terlewat kita akan susah untuk memperbaiki atau mengubah pola kebiasaan anak.Â
Poin pentingnya anak ditahap ini masih belum mengenal benar dan salah secara konkrit, sehingga butuh pendampingan dari orang tua.Â
Banyak orang tua beranggapan bahwa anak akan paham atau mengerti benar salah atau baik buruk bertambahnya usia, dari mana anak itu akan tahu tanpa bimbingan, arahan dari orangtua.