Kegembiraanku hanya berlangsung sesaat, setelah Jokowi meresmikan jalan toll Baru Cikopo-Palimanan. Ya kira-kira 1 bulanan lah, selama 1 bulan itu aku dan masyarakat yang tinggal di Cikampek dan sekitarnya menikmati lengangnya jalanan kota karena hampir semua kendaraan baik itu pribadi, angkutan umum, truck container dan trailer masuk jalan toll Cipali. Tapi akhir-akhir ini jalanan kembali ramai bahkan cenderung padat di jam-jam sibuk terutama sore menjelang malam hari. Ya semua itu diakibatkan karena kendaraan besar truck container, trailer kembali memadati jalanan pantura.
Padahal jika dipikir secara logika lebih efektif dan efisien jika mereka semua (baik yang dari arah barat maupun timur) lewat toll Cipali. Ya tapi itu kan hanya pikiranku semata......kenyataannya kendaraan yang termasuk golongan II-V lebih senang memakai jalur pantura lama sebagai akses mereka menuju tempat tujuan. Dari perbincanganku dengan beberapa teman yang ber profesi sebagai driver banyak diantara mereka lebih senang tetap memakai jalur pantura lama karena:
1. Mahalnya tariff toll
Terdengar klise tapi memang benar tariff toll Cipali memang mahal. Jangankan untuk kendaraan golongan II-V, untuk golongan I dengan jarak sekitar 20 km (kurang lebih) Cikopo-Kalijati kita harus membayar Rp. 22.500, lumayan menguras kocek jika dibandingan dengan jarak yang hampir sama Cikopo-Karawang Barat yang hanya Rp. 6.000.Â
Kembali lagi untuk kendaraan golongan II-V yang merupakan kendaraan angkutan barang, biasanya para driver diberi uang yang didalamnya sudah diperhitungkan biaya-biaya yang timbul dan juga sebagai upah mereka (lumpsum) termasuk didalamnya uang toll. Tapi karena mahalnya tariff dan tidak ada ketentuan WAJIB masuk toll mereka masih saja menggunakan jalan pantura lama, dan tentunya uang toll yang mahal tadi masuk kantong mereka
2. Rest AreaÂ
Salah satu keluhan lain yang muncul dalam perbincangan adalah mengenai rest area. Padahal 4 tempat rest area sepanjang toll Cipali di km 86, 102, 130, dan 164 menurut saya sudah cukup ideal bagi pengendara yang akan beristirahat. Mungkin karena mereka sudah familiar dengan warung/tempat makan maupun bengkel/tambal ban yang banyak memenuhi jalan pantura lama dan denger-denger bisa ngutang dulu he..he..he....makanya mereka tetap menjadikan jalur pantura lama sebagai jalur favorit.
Apa yang kutulis ini adalah uneg-uneg pribadiku yang merasa prihatin dengan kondisi jalan raya yang semakin sumpek dengan bertumpuknya kendaraan, karena Cikampek tempat aku tinggal adalah jalur pertemuan kendaraan dari arah Jakarta dan menuju ke Jakarta. Semoga ada solusi mengenai hal ini...................................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H