Mohon tunggu...
papercoet
papercoet Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengakui Kebodohan, Tanggapan Atas Pansus Kasus Century

15 Januari 2010   07:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:27 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehebohan kasus century telah menyita energi yang begitu banyak, rakyat indonesia serta beberapa peneliti serta merta pengamat telah mengetakan ini dan itu, tapi kasus century dengan bailout Rp 6,7 triliun tidak pernah selesai hingga sekarang, bagaimana mau selesai? kasus BLBI saja..hingga sekarang tidak selesai? dan saya yakin kasus century tersebut tidak akan selesai, seperti kata si "poltak" potong telinga saya..hahahha..

Saya kutipkan sebuah anekdot yang saya kutip dari Saa'di seorang penyair sufi dari bukunya yang terkenal "Gulistan (taman bunga mawar), yang menurut saya sangat berhubungan dengan kasus century dengan berbagai perdebatan yang tidak pernah selesai...:

Setiap orang berharap memiliki kesempurnaan, berpendidikan, dan dikarunia keturunan elkok.

Seorang Yahudi berdebat dengan seorang Muslim. Dan aku tertawa terbahak-bahak mendengar perdebatan mereka.

Si orang Muslim berkata dengan marah, "Jika perilakuku tidak benar, semoga Allah mengijinkan aku membunuh orang Yahudi."

Si Yahudi membalas, "Aku bersumpah demi Petanteuch, jika sumpahku salah, aku boleh membunuh seorang Muslim sepertimu."

Kemudian Saa'di melantunkan syairnya:

Haruskan kebijaksanaan menghilang dari permukaan bumi?

Mengapa tidak ada orang yang mau mengakui kebodohannya?

----------

Seperti itulah yang saya lihat dari bait syair yang dilantunkan oleh Saadi, mengapa banyak sekali energi kebijaksanaan yang hilang dari bumi Indonesia? dan mengapa dengan logika kepintaran dan kehebatan mereka sebagai pengambil kebijaksaan tidak mau mengakui kebodohannya dalam kasus century ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun