Mohon tunggu...
Bachtiyar El Adhieb
Bachtiyar El Adhieb Mohon Tunggu... -

orang biasa yang suka hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fatin Perlu Saran dan Kritik

25 November 2013   14:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:42 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Fatin, lain dulu lain sekarang. Dulu biasa saja, ABG kelas 2 SMU dengan prestasi rata-rata. Tidak banyak yang mengenalnya selain orang dekat dan teman-temannya. Tiba-tiba keadaan berubah. Secuil adegan dalam ajang audisi talent show berjuluk XFactor Indonesia sontak menyihir berjuta pasang mata dan telinga, lalu menggerakkan relung hati pemirsa untuk menyukainya. Sejarah kemudian menorehkan fakta, bahwa Fatin menjadi jawaraa di ajang itu. Alhasil, Fatin tidak lagi seorang yang “biasa saja”, melainkan lebih dari sekedar “biasa saja”. Ia sekarang dikenal dan disukai banyak orang.

Perjalanan waktu terus bergulir. Nampaknya kegiatan Fatin di dunianya yang baru telah menjadi ajang “Kawah Candradimuka’ bagi perkembangan kwalitas seorang Fatin. Kwalitas suaranya bertambah baik seiring makin seringnya dia tampil menyanyi di berbagai even, baik itu on air atau off air. Namun ada yang tidak berubah. Kalau tentang Fatin, selalu ada dua kutub yang saling bersinggungan. Bagi para hater, apapun tentang Fatin akan selalu berujung kepada sinisme. Kalo dengar suara nyanyian Fatin, enak pun dibilang sebaliknya, bahkan ditambahi dengan bumbu caci maki. Hal yang berlainan terjadi pada para lover. Mereka akan mati-matian membela dan menyanjung Fatin. Jadi yang tidak berubah dari Fatin adalah Cacian dan Sanjungan untuknya.

Menurut saya, cacian dan sanjungan adalah anugerah buat Fatin. Hal itu bisa menjadi power supply bagi perkembangan seorang Fatin. Bayangkan, seandainya semua orang mencela dan mencaci maki, betapa hancunrnya perasaan Fatin. Bisa-bisa ia akan depresi berat, dan akhirnya ia tidak akan mumcul di dunia hiburan Indonesia. Sebaliknya, terlalu banyak sanjungan juga tidak baik baginya. Sanjungan yang berlebihan pada akhirnya dapat membuat seseorang jatuh.

Fatinistic adalah perwujudan dari Fatin’s Lover. Mereka selalu mendukungnya. Bila ada yang menghina, menghujat dan memaki sang idola, tanpa di komando mereka akan menjadi benteng bagi Fatin dan mereka akan melakukan counter melawan hinaan dan cacian. Fatinistic merupakan asset berharga bagi Fatin SL.

Sebagai lover sejati, dapat dimaklumi bila Fatinistic selalu membela dan menyanjung Fatin SL. Juga dapat dipahami bila rela berjibaku dalam mengcounter segala hinaan buat sang idola. Namun menurut hemat saya, Fatinistic harus memberikan yang  lebih buat Fatin SL. Maksud saya bukan hanya memberikan sanjungan saja, melainkan juga harus mampu memberikan saran dan kritik.

Harus diakui tidak ada orang yang sempurna, begitu pula dengan Fatin. Maka mungkin saja ada satu waktu ia tampil tidak optimal, atau ia tampak tidak oke dengan penampilannya dalam berbusana. Jika hal itu terjadi maka Farinistic seharusnya dapat memberikan kritik dan saran kepada Fatin SL. Saya tidak tahu, apakah Fatinistik sudah melakukan hal itu, mudah-mudahan sudah.

Saya bukan fatinistic, tapi saya suka Fatin dan lagu-lagunya. Saya lebih cenderung menyebut diri saya sebagai pengagum Fatin, Fatin’s Admirer. Saya juga follow twitter @FartinSL dan @Fatinistic. Tujuannya adalah pengin tahu yang update tentang Fatin, dan kalo bisa ikut memberi sumbang saran dan kritik kepadanya. Sebab yang menyanjungnya sudah banyak. Yang menghina dan merendahkannya juga tidak sedikit. Maka saya memilih berdiri di tengah sebagai pengagum yang berharap agar kebaikan selalu menimpa kepada “yang dikagumi”.

Latar belakang dari rangkaian kata dari ketikan keyboard ini sebenarnya dalam rangka ikut  memberi saran dan kritik kepada Fatin SL.

Jadi ceritanya begini.

Beberapa waktu yang lalu saya lihat penampilan Fatin on air di TV dalam acara YKS. Saat menyanyikan lagu Grenade, ada yang tidak pas menurut kacamata dan hati saya. Masalahnya bukan suara atau wardrobe Fatin, tapi orang lain. Yaitu para dancer atau penari latarnya. Apa masahnya? Coba perhatikan, Fatin sudah berhijab dan sopan. Mata ini sudah nyaman dengan hal itu, tiba-tiba muncul para dancer cewek pakai rok mini dan tanktop. Sungguh tidak klop. Jika yang menyanyi itu IDP atau AgnezMo, maka keberadaan dancer itu sah-sah saja. Tapi kalo yang nyanyi itu Fatin, maka lain jadinya. Bagi saya itu seperti polusi. Mata dan saya rasanya tidak rela. [lihat videonya]

Dalam pandangan saya, akan lebih baik jika Fatin nyanyi tanpa ditemani dancer. Fatin saja udah cukup, tidak ada kurangnya. Kalau dipaksa mau ditemani dancer, maka para dancernya yang harus menyesuaikan dengan Fatin. Jangan sebaliknya.

Dalam video theme songnya 99 Cahaya ada juga secuil bagian yang membuat mata dan hati saya kurang sreg, yaitu adegan di detik 0.24. Fatin yang disetting utk berpakaian Islami pada detik itu menurut saya hilang esensi “Islaminya”. Fungsi hijab dalam berpakaian menurut ajaran Islam bukan sekedar menutup anggota tubuh, tapi menutup aurat. Walaupun bagian aurat wanita telah ditutupi kain, namun bila lekuk dan tonjolannya masih terrefleksi lewat penutup kainnya, maka hali itu belum dikatakan menutup aurat. Dalam hal ini, adegan pada detik 0.24 lekuk tonjolan dalam kaos yang dipakai Fatin terlihat jelas. [lihat video]

Secara umum saya menyukai video tersebut. Cuma pada bagian itu saja terasa menganggu bagi pribadi saya. Entah dengan anda atau orang lain. Anda atau orang lain mungkin punya pandangan lain, saya rasa hal itu sah-sah saja. Saya tidak ingin mendebatnya. Namun ini membuat saya berpikir, alangkah baiknya bagi orang-orang di belakang Fatin, khususnya bagian wardrobe untuk lebih memahami dan memperhatikan esensi hijab. Kasian Fatin, bila hanya karena fashion esensi hijab yang mulia menjadi tergores, apalagi sampai hilang.

Sebagai penutup, I still admire Fatin SL, I keep supporting Fatin SL and Fatinistic.

Sekian dan wassalaam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun