Mohon tunggu...
bornok situmorang
bornok situmorang Mohon Tunggu... Akuntan - Pria Paroh Baya

saya sangat suka tulisan, berita dan analisa yang membangun :p

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

KTT G20: Peran Akuntansi di Era Dunia yang Sedang Tidak Baik-baik Saja

16 November 2022   21:21 Diperbarui: 17 November 2022   08:02 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulih Bersama. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia yang sedang dihuni 8 milyar jiwa manusia saat ini dikatakan sedang tidak baik-baik saja. Kenapa begitu? Mari kita lihat beberapa fakta.

Dalam kondisi normal saja, populasi manusia yang besar ini telah menjadi beban yang berat bagi planet bumi ini.  Berdasarkan hitung-hitungan awam saja, bukanlah perkara mudah bagaimana memenuhi semua kebutuhan hidup 8 milyar jiwa manusia setiap hari?  

Soal perkara makan saja harus tersedia sebanyak 8.000.000.000 piring menu santapan setiap sekali makan dan jika dalam satu hari dihitung dua kali makan saja maka diperlukan 16.000.000.000 piring menu makanan.  Itu baru soal makan.  Bagaimana soal pakaian, perumahan, obat-obatan dan kebutuhan lain yang sangat mendasar? Sungguh bukan perkara yang mudah.

Dan benar adanya bahwa menurut The State of Food Security and Nutrition in the World 2022 terdapat 600 juta jiwa manusia yang setiap hari mengalami kelaparan di dunia  dan saya yakin angka ini jauh lebih kecil dari angka yang sebenarnya, karena fenomena ini sangat mudah kita lihat di sekitar kita terutama di tengah kehidupan perkotaan.  

Bahkan menteri keuangan Sri Mulyani mengatakan begitu banyak gelandangan di Amerika Serikat yang terlihat di sepanjang jalan yang mereka lalui dalam suatu kunjungan ke kantor Bank Dunia pada bulan Oktober yang lalu dan itu terjadi di Amerika, salah satu negara terkaya di dunia.

Kebutuhan dasar lainnya seperti sandang dan papan menunjukkan hal yang sama, bahkan pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, diperkirakan jauh lebih buruk dari pada kebutuhan dasar sandang dan pangan mengingat mahalnya harga rumah dan ketersediahan tanah yang semakin terbatas.  Lagi-lagi fenomena ini begitu mudah terlihat di kota-kota besar, berpredikat kota maju dan kota metropolitan di seluruh dunia.

Planet bumi ini memang benar-benar sedang menyokong dan menahan beban yang begitu berat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terjadi terus menerus.

Problematika dunia semakin komplek karena ulah manusia

Dimulai dari gaya hidup manusia belakangan ini pun sudah sangat mengkhawatirkan.  Ragam hiburan, fasilitas publik dan menu santapan disediakan hanya semata-mata memanjakan dan memuaskan selera manusia seolah-olah semuanya tersedia tanpa batas padahal bumi ini jelas-jelas memiliki batas daya dukung bagi keberlangsungan hidup manusia.  Dalam hal ini, manusia secara individu dan institusi melakukan hal yang sama: eksploitasi alam yang berlebihan.

Maka kompleksitas permasalahan yang terjadi saat ini disebabkan bukan lagi sekedar keberadaan manusia, namun karena nafsu dan ulah manusia yang telah merusak integrasi dan keseimbangan hidup dan ekosistem bumi.  Literatur tentang ulah manusia dan kontribusinya terhadap kerusakan planet bumi telah banyak dipublikasikan baik di kanal-kanal akademis maupun media massa dan belakangan ini melalui media internet yang sangat beragam itu.

Perhatikan saja beberapa kerusakan kasat mata yang terjadi akibat keserakahan manusia dalam mengeksplorasi dan mengeruk sebanyak-banyaknya hasil bumi untuk memuaskan nafsu pribadi dan kelompoknya.  Longsor, banjir, kebakaran hutan, polusi dan pencemaran laut merupakan fenomena nyata dan semakin sering terjadi belakangan ini.

Peristiwa terkini yang jelas-jelas mempertontonkan keegoisan manusia untuk tidak peduli dengan lingkungan adalah perang Rusia dan Ukraina.  Terlepas dari hal yang melatarbelakanginya, seandainya faktor lingkungan dan kemanusiaan menjadi basis pertimbangan dalam  mengambil keputusan, niscaya perang sangat mungkin terelakkan.  

Karena perang akan menyebabkan kehancuran lingkungan dan manusia itu sendiri.   Bayangkan saja beberapa hal yang disebabkan oleh perang ini.  Kematian manusia sudah pasti terjadi, kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum serta rumah-rumah, kerusakan alam, timbulnya berbagai penyakit, limbah perang yang berdampak jangka panjang dan lain-lain.  

Dampak ekonominya juga sangat fatal terhadap rantai pasokan dan kesinambungan konsumsi manusia.  Perhatikanlah kenaikan harga beberapa komoditas belakangan ini akibat kelangkaan pasokan.  Semua itu dipicu oleh perang Rusia dan Ukraina.

Jadi, tidaklah berlebihan jika para pemangku kebijakan di tingkat nasional dan internasional berulang kali menyerukan untuk waspada akan terjadinya krisis pangan, energi dan krisis keuangan dan multidimensi lainnya dalam memperjelas bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja.

Prinsip "pro lingkungan dan kemanusiaan" dalam akuntansi.

Akuntansi terlanjur dipahami sebagai bidang ilmu yang mengurusi seluk beluk perusahaan saja.  Padahal akuntansi sudah berkembang sedemikian rupa dan dapat diterapkan pada berbagai konteks dan entitas tertentu bahkan akuntansi dapat mengadopsi planet bumi ini sebagai sebuah entitas.  

Bahkan, jika bumi sebagai entitas, maka akuntansi akan sangat disiplin melaporkan keadaan entitas ini yang terangkum dalam laporan keuangan berupa neraca bumi, laporan laba rugi bumi, laporan perubahan modal bumi, laporan arus kas bumi dan catatan atas laporan keuangan bumi. 

Jika hal ini dilakukan maka akuntansi dengan prinsip entitasnya akan mendiagnosa kepentingan pribadi manusia dan kepentingan kelestarian bumi, melaporkan kondisi bumi secara periodik, menjelaskan histori bumi dari segi biaya, menjelaskan bumi dengan nilai tertentu, memperjuangkan kesinambungan kehidupan di bumi, mengungkap secara transparan, gamblang dan terbuka, konsisten dalam menggunakan metode dan prosedur dan lain-lain yang semuanya dilakukan untuk kepentingan stakeholder planet bumi ini.  

Akuntansi juga akan berusaha mengelola bumi dengan penerapan sub kajian Good Corporate Governance nya.

Akuntansi juga semakin berkembang bukan hanya menilai dan melaporkan aspek keuangan saja namun juga aspek non keuangan.  Belakangan, bidang akuntansi yang berkembang yang memperjuangkan eksistensi dan integritas manusia adalah akuntansi keperilakuan sedangkan yang memperjuangkan esksitensi dan sustainability (keberlanjutan) lingkungan seperti akuntansi lingkungan.

Belakangan ini, para akuntan sudah semakin peduli dan telah memperjuangkan akuntansi lingkungan secara masif sehingga secara aturan dan penerapannya pun semakin baik.  

Misalnya, banyak kewajiban-kewajiban perusahaan dalam akuntansi lingkungan yang sudah bersifat mandatori (diwajibkan).  Sebenarnya kesadaran ini sudah dimulai sejak tahun 1970-an ditandai dengan berbagai terminologi atau kata kunci seperti  Sustainability Accounting, Environmental Accounting Disclosure, Social and Environmental Reporting, Social Responsibility Accounting dan lain-lain.  

Pada berbagai riset tentang akuntansi lingkungan, para peneliti pada kajian akuntansi mulai fokus tentang substansi penerapannya, bukan hanya sekedar memenuhi perintah undang-undang.

Keakuntansian dalam slogan "Pulih bersama, bangkit perkasa"

Konferensi tingkat tinggi G20 yang diselenggarakan di Indonesia merupakan forum yang strategis untuk merumuskan pemulihan dan kebangkitan bersama bagi seluruh negara-negara di dunia.  Akuntansi dalam sub kajian Good Corporate Governance nya menjelaskan bahwa pemulihan perusahaan dapat dilakukan melalui inovasi dan inovasi diperoleh dari penelitian dan pengembangan. 

 KTT G20 merupakan serangkaian penelitian dan pengembangan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menghadirkan para ahli, pemangku kebijakan dan pihak yang berkompeten di bidangnya dalam rangka menghasilkan langkah-langkah inovatif yang akan diterjemahkan dalam berbagai kebijakan yang akan disepakati bersama.

Forum ini hendaknya menyuarakan kepada setiap negara sebagai entitas yang dinaungi bumi untuk tidak hanya mementingkan kepentingannya sendiri-sendiri terlepas dari alasan apa pun.  Berbagai kepentingan negara memang penting diperjuangkan bahkan melalui perang, tetapi keputusan berbasis faktor kemanusiaan, kelestarian dan keberlanjutan kehidupan di bumi jauh lebih penting, karena setiap negara bernaung di bumi-planet biru ini. 

Sama halnya seperti akuntansi lingkungan yang menjelaskan bahwa kepentingan pemilik modal dan kreditur perusahaan penting, tetapi tidak boleh mengabaikan kepentingan lingkungan dalam memperjuangkan kepentingan perusahaan.

Forum ini juga diharapkan untuk menyampaikan pesan bahwa gaya kepemimpinan, perilaku para pemimpin dunia serta resistensinya harus dapat dikendalikan oleh perjanjian dan kesepakatan bersama sehingga kebijakan berbasis kepentingan seluruh pihak termasuk keberlanjutan daya topang bumi dapat diwujudkan oleh negara dan warga dunia.  

Sama halnya ketika akuntansi keperilakuan yang senantiasa mengevaluasi dan mengarahkan setiap tindakan manusia agar tidak menyimpang dari sistem akuntansi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun