Nama Borobudur telah diadopsi berbagai pihak untuk menjadi nama makanan, tempat atau produk-produk lain yang mereka produksi baik untuk dikonsumsi atau digunakan sendiri maupun orang lain termasuk dikomersilkan ke tengah-tengah pasar. Â Tentu pengadopsian itu adalah tindakan-tindakan belakangan ini saja, dimana yang pertama sekali menyandang nama Borobudur adalah tempat atau Candi yang bernama Borobudur. Â
Sebagai orang yang sangat awam pengetahuan tentang Candi ini, saya akan berfikir bahwa nama Borobudur pertama sekali disandang oleh Candi ini, sehingga namanya menjadi Candi Borobudur, meskipun ada kemungkinan lain, wilayah Borobudurlah yang pertama menyandang nama ini, sedangkan Candi Borobudur adalah Candi yang kemudian dinamai Borobudur karena dibangun di wilayah yang bernama Borobudur. Tepatnya, fenomena saat ini, nama Borobudur mayoritas dikenal sebagai nama candi: Â Candi Borobudur, yang tersohor itu.
Terlepas dari itu, hal ini membuktikan bahwa nama Borobudur sudah sangat dikenal di semua kalangan, terlihat dari penamaan berbagai produk tadi, seperti Hotel Borobudur, Rumah Makan Borobudur, Batik Borobudur, Kerupuk Borobudur dan lain-lain yang hampir pasti merujuk pada penyandang nama yang pertama yaitu Candi Borobudur, hal ini membuktikan bahwa eksistensi Candi Borobudur ternyata dapat dimaknai secara universal dan karena memang begitulah eksistensi Candi Borobudur itu memberi makna yang universal.
Saya sendiri yang kelahiran salah satu desa terpencil di Pulau Samosir, di bagian barat daya Pulau Sumatera, pada 39 tahun yang lalu, dulunya mengetahui Candi Borobudur saat menjalani masa SD, begitu seringnya cerita tentang Candi Borobudur  melalui buku-buku pelajaran atau koran dan majalah yang sering saya baca dan sesekali melalui siaran televisi yang menceritakan kemegahan Candi ini.Â
Tentu saat itu ada asa yang terbersit dalam hati untuk suatu saat bisa mengunjungi dan melihat langsung Candi yang megah itu. Â Dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, asa itu kesampaian pada tahun 2006, saya bersama keluarga berwisata ke Candi Borobudur dalam sela-sela kunjungan saya untuk menghadiri inagurasi wisuda saudara saya di UGM.Â
Dari kunjungan di tahun 2006 itu, kesan mendalam yang membekas sampai saat ini adalah kekaguman saya atas kebenaran bahwa Candi Borobudur memang megah. Â
Megah, sehingga bangunannya dibangun dengan satu prasyarat yang sekaligus memberi makna: dalam kalkulasi saya mungkin ribuan orang manusia yang bergotong royong. Jadi maknanya, tanpa penyatuan visi dan tekad serta kegotong-royongan yang kuat untuk mewujudkannya, mustahil Candi semegah itu bisa terwujud dan berdiri dengan kokoh. Â
Candi Borobudur dibangun dalam dalam waktu yang lama, mungkin saja dua atau tiga generasi. Â Jadi maknanya, tanpa konsistensi dan tekad yang kuat, mustahil candi semegah ini bisa dibangun.
Candi Borobudur dibangun dengan dasar penjiwaan seni yang begitu tinggi, baik dari materi yang terkandung di dalamnya seperti: gambar instrumen musik yang sangat beragam, pakaian yang ditampilkan dan lain-lain.
Dari segi penyajiannya, relief-relief yang sangat indah, tata letak dan lain sebagainya menunjukkan cita rasa seni yang sangat tinggi, hal ini memberi makna bahwa manusia itu memiliki jiwa seni, dapat mengaplikasikannya pun juga menikmatinya.
Candi Borobudur dibangun dengan penguasaan dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mumpuni, hal ini terlihat dari arsitektur bangunannya, perwujudan bangunannya dan lain sebagainya, hal ini memberi makna bahwa  mausia adalah mahluk pembelajar yang dapat mengembangkan dan memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.