Mohon tunggu...
bornok situmorang
bornok situmorang Mohon Tunggu... Akuntan - Pria Paroh Baya

saya sangat suka tulisan, berita dan analisa yang membangun :p

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Candi Borobudur: Makna Sebelum dan Sesudah Pembangunnya

12 Mei 2021   16:18 Diperbarui: 12 Mei 2021   23:35 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Borobudur telah diadopsi berbagai pihak untuk menjadi nama makanan, tempat atau produk-produk lain yang mereka produksi baik untuk dikonsumsi atau digunakan sendiri maupun orang lain termasuk dikomersilkan ke tengah-tengah pasar.  Tentu pengadopsian itu adalah tindakan-tindakan belakangan ini saja, dimana yang pertama sekali menyandang nama Borobudur adalah tempat atau Candi yang bernama Borobudur.  

Sebagai orang yang sangat awam pengetahuan tentang Candi ini, saya akan berfikir bahwa nama Borobudur pertama sekali disandang oleh Candi ini, sehingga namanya menjadi Candi Borobudur, meskipun ada kemungkinan lain, wilayah Borobudurlah yang pertama menyandang nama ini, sedangkan Candi Borobudur adalah Candi yang kemudian dinamai Borobudur karena dibangun di wilayah yang bernama Borobudur. Tepatnya, fenomena saat ini, nama Borobudur mayoritas dikenal sebagai nama candi:  Candi Borobudur, yang tersohor itu.

Terlepas dari itu, hal ini membuktikan bahwa nama Borobudur sudah sangat dikenal di semua kalangan, terlihat dari penamaan berbagai produk tadi, seperti Hotel Borobudur, Rumah Makan Borobudur, Batik Borobudur, Kerupuk Borobudur dan lain-lain yang hampir pasti merujuk pada penyandang nama yang pertama yaitu Candi Borobudur, hal ini membuktikan bahwa eksistensi Candi Borobudur ternyata dapat dimaknai secara universal dan karena memang begitulah eksistensi Candi Borobudur itu memberi makna yang universal.

Saya sendiri yang kelahiran salah satu desa terpencil di Pulau Samosir, di bagian barat daya Pulau Sumatera, pada 39 tahun yang lalu, dulunya mengetahui Candi Borobudur saat menjalani masa SD, begitu seringnya cerita tentang Candi Borobudur  melalui buku-buku pelajaran atau koran dan majalah yang sering saya baca dan sesekali melalui siaran televisi yang menceritakan kemegahan Candi ini. 

Tentu saat itu ada asa yang terbersit dalam hati untuk suatu saat bisa mengunjungi dan melihat langsung Candi yang megah itu.  Dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, asa itu kesampaian pada tahun 2006, saya bersama keluarga berwisata ke Candi Borobudur dalam sela-sela kunjungan saya untuk menghadiri inagurasi wisuda saudara saya di UGM. 

Dari kunjungan di tahun 2006 itu, kesan mendalam yang membekas sampai saat ini adalah kekaguman saya atas kebenaran bahwa Candi Borobudur memang megah.  

Megah, sehingga bangunannya dibangun dengan satu prasyarat yang sekaligus memberi makna: dalam kalkulasi saya mungkin ribuan orang manusia yang bergotong royong. Jadi maknanya, tanpa penyatuan visi dan tekad serta kegotong-royongan yang kuat untuk mewujudkannya, mustahil Candi semegah itu bisa terwujud dan berdiri dengan kokoh.  

Candi Borobudur dibangun dalam dalam waktu yang lama, mungkin saja dua atau tiga generasi.  Jadi maknanya, tanpa konsistensi dan tekad yang kuat, mustahil candi semegah ini bisa dibangun.

Candi Borobudur dibangun dengan dasar penjiwaan seni yang begitu tinggi, baik dari materi yang terkandung di dalamnya seperti: gambar instrumen musik yang sangat beragam, pakaian yang ditampilkan dan lain-lain.

Dari segi penyajiannya, relief-relief yang sangat indah, tata letak dan lain sebagainya menunjukkan cita rasa seni yang sangat tinggi, hal ini memberi makna bahwa manusia itu memiliki jiwa seni, dapat mengaplikasikannya pun juga menikmatinya.

Candi Borobudur dibangun dengan penguasaan dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mumpuni, hal ini terlihat dari arsitektur bangunannya, perwujudan bangunannya dan lain sebagainya, hal ini memberi makna bahwa  mausia adalah mahluk pembelajar yang dapat mengembangkan dan memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Kemegahan itu tidak sia-sia, karena bukan hanya sekedar megah, tetapi Candi Borobudur menampung makna dengan volume yang amat besar tentang Sang Pencipta, manusia dan alam semesta. 

Kesan itu semakin mendalam saat saya menikmati lebih dekat setiap relief pada bangunan Candi Borobudur, membayangkan diri menjadi bagian dari cerita dalam bentuk gambar yang terpahat pada dinding bangunan candi. 

Relief pada candi itu bisa saya bayangkan sebagai referensi terbaik waktu itu yang dapat dinikmati sendiri secara langsung oleh pembaca tulisan gambar, menjadi sumber inspirasi bagi seniman sastra maupun penulis cerita atau fiksi atau pada tingkat yang lebih tinggi dapat disitasi atau dikutip oleh penulis-penulis atau ahli sejarah dan ahli-ahli lain serta peneliti untuk mendukung fenomena dan hipotesis dari penelitiannya. Makna, cerita, tulisan fiksi dan ilmiah itu pun dapat berlatar belakang multi dimensi: seni, budaya, kehidupan sosial an lain-lain.

Namun satu pertanyaan yang menyeruak dari dalam pemikiran saya adalah apakah gambar ini mau menceritakan kondisi masyarakat kala itu? Jika ya, kekaguman saya semakin besar: ternyata tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat sudah sebegitu apiknya.  Atau relief-relief itu merupakan prediksi atau ekspektasi di masa depan atau tatanan ideal yang masih diharapkan? Atau mungkin kedua-duanya? Terlepas dari cerita ril yang mana yang sedang diceritakan, saya sungguh mengagumi eksistensi Candi Borobudur bukan hanya dari keberadaan fisiknya yang megah, tetapi dari makna yang terkandung di dalamnya.

Makna yang tersirat, yang masih perlu digali, dieksplorasi dan sebisa mungkin dilestarikan dan diterapkan dalam kehidupan sosial.  

Demikianlah Candi Borobudur dengan makna universalnya, mari kita kumandangkan makna itu, baik melalui musik, tulisan, seni pertunjukan dan lain sebagainya, agar makna yang universal itu bisa lebih meng-Indonesia bahkan mendunia dan tentu saja supaya eksistensinya tetap terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun