Mohon tunggu...
Andre Panzer
Andre Panzer Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis lepas, buruh tapi bukan budak

Saya ingin mendidik ulang bangsa ini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Terawan dan Putin

1 April 2022   14:41 Diperbarui: 1 April 2022   14:57 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertama-tama kita lihat Terawan. Saya pertama kali mendengar namanya dari direktur tempat saya bekerja. Kemudian saya dengar lagi dari direksi dan pemilik perusahaan rekanan. Ketika akhirnya ia diangkat media karena diskors IDI, yang angkat bicara juga pejabat maupun kalangan elit. Testimoni terapi DSA yang beredar juga dari kelas atas, bukan menengah apalagi bawah. Mereka yang ikut menjadi kelinci percobaan "vaksin" Nusantara adalah kelas atas. (Tulisan Dahlan Iskan bahkan jelas-jelas menyebutkan rombongan peserta "vaksinasi" yang isinya pebisnis.)

Sudah jelas bahwa struk konsultasi dan pengobatan Terawan tidak mungkin kurang dari delapan digit. "Terapi" dan "vaksinasi" ciptaanya adalah produk elit yang tidak terjangkau kebanyakan orang. Apa yang dilakukannya justru menjauhkan rakyat jelata dari pelayanan kesehatan universal. Tapi mengapa ada kelas menengah bawah yang membelanya?

Kita beralih dulu ke Putin. Terlepas dari Uni Soviet yang sudah lampau, kita tahu bahwa Putin dikelilingi oleh oligarki yang menggurita. Hidupnya luar biasa mewah. Selama memimpin Rusia, ia juga memerangi negara-negara Muslim seperti Chechnya (yang termasuk "republik" di bawah Rusia) dan Azerbaijan.

Ketimpangan sosial adalah masalah serius di Rusia; dan yang menjadi korban adalah etnis minoritas, tidak sedikit yang Muslim (Tatar, Tajik, Turkmen, Chechen dan sebagainya). Ia berkelindan dengan Gereja Ortodoks Rusia yang sangat diskriminatif dan chauvinistik. Hubungannya dengan Israel mulus, kalau tidak dibilang mesra. Di bawahnya, Rusia melakukan eksploitasi alam besar-besaran untuk mengeruk minyak dan gas, tak terkecuali di negara dunia ketiga.

Singkatnya, Putin juga mewakili penguasa elite kapitalistik berkulit putih; juga diskriminatif pada etnis/agama minoritas dan kaum LGBTQ+; juga mengeksploitasi negara dunia ketiga; juga merusak lingkungan; dan juga melakukan agresi militer yang mencabut ribuan nyawa tak berdosa. Apa yang dilakukannya jelas-jelas mengorbankan kaum marjinal dan kelas menengah bawah, sama seperti kelas penindas lainnya. Tetapi mengapa para "korban" ini membelanya?

Stockholm Syndrome? Seperti di film seri "Money Heist" (La Casa de Papel)? Asal bukan elit raksasa farmasi? Asal bukan NATO atau Barat?

Mungkin jawaban yang paling sederhana adalah: keduanya adalah "tokoh masyarakat".

Coba kita renungkan kembali sosok Terawan: perwira tinggi TNI yang jenius. Lalu Putin: mantan agen KGB, kemudian direktur FSB, kemudian presiden Rusia yang tak punya lawan. Orang berpangkat, bersenjata, berilmu, berwibawa. Yang satu berseragam penuh tanda jasa. Yang satu lagi pernah berpose telanjang dada sambil membawa senjata. Keduanya adalah sosok sakti mandraguna.

Coba bandingkan dengan dokter atau ilmuwan medis lainnya yang berasal dari kalangan sipil. Atau pemimpin yang tidak punya latar belakang militer, intel atau posisi "karismatik" lainnya. Mereka dianggap tidak punya wibawa dan otoritas, betapapun sahihnya logika penelitian yang mereka jalankan, atau suksesnya mereka menyejahterakan rakyat.

Lihat yang mereka lakukan di masa (tahun pertama) pandemi Covid-19. Terawan mengklaim virus ini tidak berbahaya, bahkan cukup ditangkal dengan doa. Ia bahkan tegas menentang penelitian Harvard Medical School (dan juga peneliti-peneliti lokal) yang menyatakan Covid-19 sudah masuk Indonesia lebih awal dari yang diakui pemerintah. Ketika negara lain (termasuk China) masih melakukan uji klinis vaksin (meskipun dikebut), tiba-tiba Rusia menyatakan sudah memproduksi vaksin Sputnik.

Hasilnya? Terawan dan Putin dielu-elukan sebagai pahlawan pandemi yang berani menentang hegemoni elit ilmuwan medis dan industri farmasi. Terlepas dari parahnya tingkat penularan dan kematian di kedua negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun