Mohon tunggu...
Pann D. Ryuki
Pann D. Ryuki Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyesalan di Bawah Rembulan

22 Agustus 2019   19:10 Diperbarui: 22 Agustus 2019   19:12 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam yang indah, diterangi rembulan dengan ribuan bintang yang ikut bersinar. Namun perasaanku saat ini tidaklah seindah langit malam. Aku gundah, aku merasakan kesepian, aku sangat menyesali berapa banyak waktu yang aku buang percuma hanya untuk menunggu kepastian yang tak kunjung datang. Menuggu perasaan cinta dari seorang laki-laki yang bisa membuatku jatuh cinta. Itulah Rendy, Rendy Christo Rivaldo . 

Dia adalah temanku semasa kuliah, sekaligus teman curhatku. Semua masalahku kucurahkan padanya. Dia begitu dewasa dengan usianya yang saat ini menginjak 19 tahun,sama sepertiku, namun aku tak sedewasa dirinya. Mungkin itulah yang membuatku jatuh cinta padanya, aku merasa bahagia jika berada didekatnya.

Namaku Clara, lebih tepatnya Livania Clara. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Aku bisa dibilang anak yang pemalu, namun entah mengapa aku bisa dengan sangat mudahnya bergaul, sangat bertolak belakang dengan sifatku yang sedikit pendiam dan cengeng.

Waktu itu, aku tak sengaja berkenalan dengan Rendy. Melalui via video call yang tersambungkan dengan temanku Gilang saat itu. Gilang adalah teman laki-laki pertama yang ku kenal ketika aku masuk dunia perkuliahan ini. Gilang sangat perhatian padaku, dia selalu ada disaat aku kesepian, selalu menemani malam-malamku walau hanya melalui via online.

Tak seperti malam sebelumnya, Gilang mengajak seorang temannya dalam pembicaraan kami di video call. Tak lain dan tak bukan adalah Rendy. Seperti dua orang yang berbeda jika melihat kembali Rendy yang dulu Rendy yang ku kenal sekarang. Dia juga sama sepertiku, pendiam, tidak banyak bicara, dan misterius.Tidak seperti sekarang, dia adalah orang yang humoris, menyenangkan, selalu bisa membuatku tertawa dikala saat aku sedih. Benar kata orang, jangan menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Baru kutahu arti kalimat itu setelah aku mengenal Rendy.

Waktu terus berjalan, perkenalan singkatku dengan Rendy makin hari makin erat. Ke akraban kami layaknya dua insan yang sedang menjalani hubungan. Setiap malam aku curhat padanya tentang Gilang yang menyatakan perasaannya padaku. Sedari dulu aku memang tahu jika Gilang menyukaiku, namun terasa berat hatiku untuk menerima perasaannya. Gilang memang selalu ada saat aku kesepian, tetapi sifatnya yang kekanak-kanakan,serta mudah marah membuatku berfikir kembali untuk menerima perasaannya itu. Lagi pula, sepertinya aku saat ini menyukai Rendy. Berat memang jika harus memilih, antara yang selalu ada dan yang bisa membuat kita nyaman.

Rendy selalu mensupportku saat mengetahui jika Gilang memiliki perasaan padaku. Kata-kata bijaknya semakin membuatku jatuh cinta padanya. Betapa dewasanya dia dimataku.

Hatiku bimbang, telah lama aku mengenal Rendy, namun aku tak tahu sama sekali bagaimana perasaannya padaku, entah dia anggap apa aku di dalam hidupnya, apakah hanya sebuah teman? Entahlah aku tidak tahu. Ingin sekali rasanya untuk menanyakan hal itu, tetapi aku begitu pemalu dan idak berani untuk melontarkan pertanyaan yang sebelumnya tak pernah ku tanyakan.

Dua bulan berlalu semenjak Gilang menyatakan perasaannya padaku. Dua bulan juga telah aku lewati untuk menunggu sebuah kata cinta yang terucap dari mulut Rendy. Aku rela mengulur waktu untuk menolak gilang hanya untuk Rendy. 

Tetapi aku tetap tak tahu apakah Rendy punya perasaan yang sama denganku. Yang ku tahu,dia selalu mensupportku dengan Gilang. Sesak rasanya saat dia mengatakan itu, namun bodohnya aku yang selalu menunggu Rendy, padahal aku tahu ada Gilang yang mencintaiku selama ini. 

Tak bosan Ia menungguku untuk memberikan jawaban. Sampai tiba saat dimana aku lelah, aku tak sanggup jika harus menunggu Rendy terlalu lama. Saat itu juga aku menerima Gilang sebagai pacarku. Respon Rendy saat mengetahui itu hanya sebatas "selamat ya". Aku kecewa, apa yang aku harapkan serta panantianku selama ini terbuang sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun