Mohon tunggu...
Panji Septo Raharjo
Panji Septo Raharjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya sangat menyukai dinamika politik di tanah air. Tidak hanya seru, politik di Indonesia sangat hidup dengan berbagai kelakar dan cerita-cerita lucu yang menyertainya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ke Mana Para Penantang Jika Sang Jenderal Menang?

17 Februari 2024   00:38 Diperbarui: 17 Februari 2024   00:58 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah perjuangan para penantang akan berakhir? Jangan sampai. Dengan hasil itu, mereka bisa menjadi oposisi yang canggih, semoga mereka tak menjilati kekuasaan. Semua orang juga tahu, berdiri di atas langit lebih nikmat dari pada terbaring di ruangan sempit.

Kekecewaan dan tidak terima pastinya diraskan para penantang serta pendukungnya. Saat ini aku menunggu mereka melakukan pergerakan. Sebab, masih banyak cara untuk melawan dengan cara-cara konstitusional.  

Sekilas aku teringat dengan pemilihan presiden 2019, sang jenderal juga sempat menolak keputusan atas kemenangan Pak lurah. Atas dugaan kecurangan dan ketidakpatuhan, partai-partai politik pengusung para penantang punya hak untuk melakukan serangan balik.

Jadi, apakah para penantang pada pemilihan presiden 2024 ini cukup percaya diri untuk menolak keputusan? Sebab, membuktikan dugaan kecurangan itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Mereka harus menyelam bahkan mati tenggelam untuk memperjuangkan hal itu.

Mencari-cari kesalahan orang memang bukan tabiat yang baik. Koalisi partai politik pendukung dua penantang pastinya penasaran karena tidak puasan dengan hasil yang mereka dapatkan. Andaikan Pak lurah dan anaknya tak ikut menyelam dalam kotak surat suara, apakah pemilihan jadi lebih adil?

Meski begitu, aku berharap para penantang tetap merangkul para pendukung, tak seperti pemilihan presiden sebelumnya. Jangan sampai rasa kecewa bercampur amarah yang menyelimuti jutaan orang seperti momen sang jenderal bergabung dengan Pak lurah.

Kala itu, masyarakat terbelah dan menumpahkan darah. Apakah akan terjadi lagi? Sebelum pemilihan presiden dimulai, para pendukung sudah memiliki calon yang difavoritkan. Mereka saling memberi kritik dan celaan di dunia maya.

Tak tega rasanya melihat orang-orang saling menyerang. Tidak hanya di jagat maya, penyerangan itu juga kerap di lakukan di dunia nyata. Salah seorang kawan bercerita, dia mendapat cemoohan karena mendukung salah seorang penantang saat sedang asyik duduk di tongkrongan.

Para pendukung sepertinya tak peduli dengan hati yang tersakiti. Sudah kalah, dicemooh pula. Seakan-akan pilihannya salah dan harus menyesal hingga lima tahun ke depan. Sabarlah kawan, mencerna kekalahan adalah proses setelah berjuang mati-matian.

Namun, perjuangan pendukung para penantang tak boleh disia-siakan. Teruslah menatap ke depan, jangan sampai selesai di sini dan jadilah oposisi. Menjaga pemerintahan dari lembaga legislatif adalah tugas para penantang saat ini meski tak semanis menggenggam kekuasaan.

Hal itu juga banyak dinanti mengingat dua koalisi partai politik yang mengusung para penantang memiliki rekam jejak mumpuni sebagai oposisi. Jika putaran kedua tidak terjadi, kuharap mereka memilih jalan tersebut dan tetap membangun peradaban di tanah air dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun