politik belakangan mulai terurai. Sesuai prediksiku, lembaga-lembaga survei menempatkan sang jenderal sebagai pemenang dalam pemilihan presiden tahun ini. Siap mengemban amanat?
Tangerang Selatan (16/2) - Hati bergetar saat penghitungan cepat dimulai, inilah yang ditunggu-tunggu setelah kampanye dan gimikNamun, banyak orang tidak terima dengan hasil perhitungan cepat itu. Sebagian orang merasa tak percaya dan gundah gulana. Apakah sang jenderal akan memenangkan hati masyarakat hanya dengan satu putaran? Pertarungan politik di negeri fantasi sangat mudah terprediksi.
Menurutku, kemenangan itu tidak cukup dramatis karena semuanya sudah bisa dihitung dengan realistis, semua sudah terencana dengan baik. Sebab, sang jenderal bukanlah sosok yang awam dalam mengikuti kontestasi politik. Akhirnya, dalam waktu dekat impiannya berpotensi menjadi kenyataan.
Tanpa kecurangan sekalipun, sang jenderal sudah punya pendukung yang loyal. Ia sudah mengikuti 3 kali kontestasi. Satu kali sebagai calon wakil presiden dan dua kali sebagai calon presiden, wajar saja kalau pendukungnya tersebar luas dan massif. Terlebih lagi, sang jenderal sudah mendapat dukungan dari Pak Lurah.
Coba bayangkan, sebanyak apa suara yang akan didapatkan jika keduanya bersatu? Keduanya merupakan kontestan lima tahun lalu. Mereka bersaing ketat dan berhasil membuat 81 persen atau 158.012.506 pemilih menggunakan haknya dalam Pemilu 2019.Â
Bukankah cukup wajar kalau 81 persen masyarakat itu menjadi patokan kemenangan sang jenderal pada pemilihan presiden tahun ini? Citra sang jenderal juga sudah berubah, dia tak segarang dulu saat menantang Pak lurah.
Mungkin hal itu juga yang membuat dia bisa memenangkan hati pendukungnya yang suka dengan cerita persahabatan. Tak cukup sampai di situ, sang jenderal juga lebih ramah dari bisanya dan tak sulit untuk tersenyum, menggemaskan.
Jurus-jurus yang dipakai tim kampanyenya juga cukup menarik dan membuatku tergerak. Tim kampanye sudah melakukan tugasnya dengan baik sampai-sampai aku tak kuasa menahan diri untuk menyanyikan sebuah lagu yang digaungkan mereka.
Lagu itu menggambarkan sang jenderal yang akhirnya bisa bersatu kembali dengan mantan istrinya jika ia memenangkan kontestasi politik ini. 'Bila aku harus mencintai dan berbagi hati, itu hanya denganmu'. Lirik itu selalu menghantui linimasa di semua sosial mediaku. Musik adalah kebebasan dan siapapun bisa menikmatinya bukan?
Sepertinya cara tersebut sangat ampuh untuk membuat masyarakat kebanyakan terenyuh. 'Namun bila ku harus tanpamu, akan tetap kuarungi hidup tanpa bercinta'. Lirik yang digabung dengan cerita cinta sang jenderal dengan mantan istrinya makin membuatku senyum-senyum sendiri.
Kampanye oh kampanye, gimik-gimik tersebut tak terasa membuat ramai pemilihan presiden tahun ini. Selain menggunakan lagu bertemakan cinta, ia juga menjadi sosok yang enerjik saat menari di depan para pendukungya.