Mohon tunggu...
Panjirangi P.
Panjirangi P. Mohon Tunggu... Freelancer - Berusaha menulis

Meluangkan waktu dengan apa yang terpikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

No Gender In Football

26 Maret 2017   18:01 Diperbarui: 27 Maret 2017   02:00 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"The important thing about football - is that it is not just about football.”

- Terry Pratchett -

Selamat Hari Perempuan seluruh dunia!

Tanggal 8 maret memang dijadikan sebagai ajang untuk menghormati perempuan. Asal-usulnya pun sederhana, 8 maret dijadikan sebagai tanggal atau hari penunjukan kepada dunia bahwa kesetaraan gender itu nyata hadirnya dan itu berlaku dimana saja.


Dewasa ini sepakbola telah menjadi olahraga yang menjadi milik semua umat, dimana sepakbola telah menjadi salah satu olahraga yang terpopuler. Siapa saja bisa memainkannya ataupun hadir dalam pagelarannya. Tak terkecuali kaum hawa atau perempuan, dalam sepakbola kehadiran perempuan selalu menjadi bumbu tersendiri yang membuat olahraga populer ini menjadi lebih hidup. Baik didalam maupun diluar lapangan mereka (perempuan) selalu bisa menjadi magnet tersendiri.


Perempuan di dalam lapangan sendiri perlahan namun pasti mulai diberikan ruang-ruang yang sama dengan pria, sederhananya saja kejuaraan dunia yang biasanya diperuntukan pria, kali ini perempuan juga diberikan ruang yang sama, yaitu Piala Dunia wanita yang sudah bergulir sejak 1991 hingga saat ini (terakhir digelar pada 2015 Kanada sebagai Tuan rumah) dan juga liga atau kejuaraan sepakbola perempuan lainnya.


Tidak hanya sampai disitu saja kehadiran mereka mulai diakui oleh dunia dengan berbagai macam cara, mulai dengan banyaknya fans pria yang mengidolakan para pemain bola perempuan , lalu sorotan berbagai media dan beberapa penghargaan dari media, hingga penghargaan pemain bola perempuan terbaik atau FIFA World Player of the Year yang sudah bergulir sejak 2001 hingga sekarang yang diciptakan oleh FIFA sebagai organisasi sepakbola seluruh dunia.


Perempuan di luar lapangan sendiri juga cukup menarik untuk dibahas, apalagi mereka yang berada di tribun (terrace). Memang untuk perempuan di luar lapangan ini, kebanyakan dari mereka menyukai sepakbola yang dimainkan oleh kaum adam, toh tetap saja dalam hal ini kesetaraan gender menjadi sesuatu yang tak terbantahkan.
Sebelum berbicara terlalu jauh, ada baiknya kita melihat statistik kecil mengenai jumlah penonton wanita yang hadir langsung ke Stadion di Liga Jepang atau biasa dikenal dengan J-Leauge.
Sepertiga penonton yang menyaksikan laga J-League pada 2012 adalah perempuan. Jika dirata-rata, maka jumlah penonton tahun lalu di J1 mencapai 39 persen, sedangkan J2 dihadiri 35,9 persen. -goal.com-

Lebih lanjut goal.com juga mengatakan, kelompok usia mulai dari 11-29 tahun, 30-39, 40-49, dan lebih dari 50 mengisi seperempat dari jumlah penonton wanita yang hadir langsung di stadion. Mengambil realitas sosial sepakbola di Liga Jepang tersebut, artinya keragaman memang ada di sepakbola dan perempuan telah memiliki tempat yang sama dengan pria.
Salah satu faktor yang membuat penonton wanita mau datang langsung mendukung klub kebanggaanya adalah nyaman dan aman. Faktor inilah yang menjadi salah satu pertimbangan mengapa perempuan rela datang langsung ke Stadion. Namun sangat disayangkan bahwa banyak dari perempuan itu mendapat perlakuan yang ‘agak’ kurang mengenakan. Contohnya mereka sering “dibajul” atau di soraki dan mendapatkan perlakuan kurang baik lainnya. Bagaimana perempuan akan merasa aman ketika hal-hal seperti ini masih terjadi di Stadion?. Kasus ini penulis amati langsung ketika menonton pertandingan sepakbola. Walau terkadang memang ada (beberapa) perempuan yang berpenampilan terlalu sexy atau berpakaian tidak pada tempatnya, hal ini bisa menjadi salah satu pemicu perlakuan kurang baik diatas. 

Meskipun begitu, jujur saja miris melihatnya, seharusnya mereka tidak pantas menerima hal-hal ‘ndeso’ seperti itu. Kita harusnya menghormati mereka dan berbangga dengan kehadiaran mereka, kita menjadi percaya bahwa sepakbola itu indah dan telah benar-benar menyatukan kita. Mengenai faktor nyaman mungkin bisa saja dilakukan dari hal sederhana seperti, pihak pengelola Stadion memberikan fasilitas kamar mandi (toilet) yang bersih. Pengamatan penulis ketika berkunjung ke Stadion-Stadion di Indonesia akan fasilitas kamar mandi, masih (banyak) yang kurang memperhatikan kelayakan dan juga kebersihan. Memang ini merupakan hal yang kecil namun cukup menjadi perhatian tersendiri. Semoga saja dengan adanya fasilitas tersebut dapat membuat perempuan merasa lebih nyaman, tidak perlu ragu atau takut ketika membutuhkan kamar mandi.

Selain dua faktor itu yang menyebabkan perempuan mau datang langsung ke Stadion demi mendukung tim kebanggaanya adalah karena kecintaannya akan sepakbola lokal. “sepakbola lokal atau khususnya klub daerah saya sudah jadi bagian hidup sih. Ya suka, cinta. Kayak sama manusia gitu. Semampunya diperjuangkan.” Ungkap narasumber yang tidak ingin dibeberkan identitasnya. Dari pernyataanya tersebut kita bisa melihat bagiamana mereka sangat ingin mencintai sepakbola dan mereka akan selalu memperjuangkan klub kebanggaanya.
Perempuan di tribun adalah sesuatu yang hebat. Tak banyak perempuan mau datang ke Stadion, apalagi ingin bersorak 90 menit mendukung tim kebanggaannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun