Evaluasi kredit melihat rekam jejak kredit debitur, kemampuan mereka untuk membayar cicilan, dan konsistensi pendapatan mereka. Rasio pendapatan terhadap kewajiban (DSCR) digunakan untuk menilai kemampuan debitur, sedangkan SLIK OJK memeriksa riwayat kredit mereka. Selain itu, asuransi kredit digunakan untuk melindungi pemberi kredit dari kerugian dalam situasi di mana debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya.
1. Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK
SLIK OJK menyediakan laporan rekam jejak kredit debitur, yang meliputi informasi seperti riwayat pinjaman, jumlah fasilitas kredit, plafon kredit, dan status pembayaran. Laporan ini penting bagi lembaga keuangan untuk menilai kelayakan kredit calon debitur. Misalnya, jika seorang debitur memiliki catatan pembayaran buruk, hal ini akan menjadi pertimbangan untuk pengambilan keputusan kredit.
Sebagai contoh, Laporan iDeb di SLIK OJK menampilkan riwayat kredit debitur, termasuk saldo kredit, plafon, dan status pembayaran. Misalnya, pemberi kredit mempertimbangkan informasi ini jika seorang debitur memiliki rating kredit buruk dan saldo debet tinggi pada bulan tertentu.
2. Evaluasi Rasio Pendapatan Debitur (DSCR)
Bank mengevaluasi rasio pendapatan debitur terhadap kewajiban cicilan kredit untuk menentukan apakah debitur dapat memenuhi kewajiban tersebut. Rasio seperti Debt to Income Ratio (DTI) digunakan untuk mengukur kecocokan antara cicilan dan pendapatan debitur.
Misalnya, jika cicilan kredit debitur Rp3 juta setiap bulan dan pendapatan bersih Rp10 juta setiap bulan, rasio cicilan terhadap pendapatan, juga dikenal sebagai Debt to Income Ratio, adalah 30%. Dalam industri perbankan, rasio ini dianggap sehat, tetapi bank juga akan mempertimbangkan faktor risiko seperti stabilitas pendapatan.
3. Stabilitas Pendapatan Debitur
Memeriksa laporan keuangan dan jenis bisnis debitur sangat penting untuk menilai apakah sumber pendapatan mereka stabil. Bisnis dengan pendapatan yang dapat diprediksi, seperti sektor barang konsumsi, dianggap lebih stabil dibandingkan bisnis yang tergantung pada fluktuasi pasar.
Sebagai contoh, Bisnis dalam industri barang konsumsi dengan pendapatan yang konsisten, seperti produksi barang sehari-hari, dianggap lebih stabil daripada bisnis dalam industri yang bergantung pada perubahan pasar atau faktor eksternal.
4. Pemberian Kredit untuk UMKMÂ