Mohon tunggu...
Panji Haryadi
Panji Haryadi Mohon Tunggu... Penulis -

Gemar menulis mengenai sejarah dan peradaban Islam.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Zionisme (Bagian 6): Keberagaman Rakyat Palestina

9 Januari 2018   15:28 Diperbarui: 9 Januari 2018   23:12 2371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang-orang Kristen Palestina sudah berjuang bersama menentang Zionisme sejak awal. Photo: AFP/Getty Images

Orang-orang Palestina berkali-kali  mencoba memformulasikan konsep kebangsaannya ke berbagai cara, yaitu  keinginan untuk merdeka;[7] menjadi bagian dari Pan Arab, sebagaimana yang diinginkan oleh para elit Palestina di akhir periode Ottoman dan awal Inggris;[8] atau menjadi salah satu provinsi dari Suriah Raya, seperti yang diinginkan oleh golongan petani Palestina.[9]

Dalam menghadapi ambisi Zionis dan dan Inggris, orang-orang Palestina  cukup giat dalam mendirikan berbagai jenis kelompok yang aktif dalam  melindungi kepentingan Palestina: pendirian komite desa, liga-liga,  partai-partai politik dengan konstituen kedaerahan atau golongan, dan  kelompok payung untuk melobi Inggris. 

Tidak hanya itu, mereka juga  mengatur dinamika internal mereka sendiri untuk perlawanan, di antaranya  ada Komite Tinggi Arab, Komite Lokal (atau lebih dikenal sebagai Komite  Nasional),[10] dan juga ada serangkaian organisasi yang kompleks yang mengaspirasikan  suara orang-orang Kristen dan Muslim Palestina yang bernaung dalam  Kongres Arab Palestina.[11]

Perlu dipahami, bahwa perjuangan orang-orang Palestina melawan  Zionisme bukanlah perjuangan salah satu kelompok agama tertentu saja,  dalam hal ini Islam yang memang kelompok mayoritas. 

Sejak awal Palestina  merupakan sebuah daerah yang penghuninya beragam. Tercatat pada tahun  1922 terdapat orang-orang Kristen yang mayoritas tinggal di Tepi Barat,  sisanya dalam jumlah yang lebih sedikit tinggal di distrik Ramallah  sebanyak 15.000 orang, Bethlehem sebanyak 8.000 orang, dan 2000 orang di  jalur Gaza. Orang-orang Kristen Palestina merupakan mayoritas kedua  setelah Muslim, jumlah mereka sebanyak 9,5% dari total populasi  Palestina.[12]

Sementara, pada masa itu orang-orang Yahudi, baik zionis dan  non-zionis jumlahnya mencapai 400.000 orang, bahkan di antara mereka  terdapat sebuah kelompok yang bernama Neturei Karta yang menolak berdirinya negara Israel. 

Mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Yahudi Palestina.[13] Neturei Karta memiliki tafsir tersendiri tentang tanah yang dijanjikan,  mereka beranggapan bahwa Yahudi tidak berhak mengklaim Palestina karena  Messiah (juru selamat) belum hadir ke dunia.[14]

Yahudi kelompok Neturei Karta menentang berdirinya negara Israel. Photo: wikimedia
Yahudi kelompok Neturei Karta menentang berdirinya negara Israel. Photo: wikimedia
Sayangnya dengan tingkat keberagaman seperti itu, kelompok lobi  Palestina kurang berhasil baik secara internal maupun eksternal. Secara  internal orang-orang Palestina tidak solid seperti Zionis, mereka  berhadapan dengan persoalan-persoalan kelas dan golongan, yakni antara  elit dengan petani, masyarakat perkotaan dengan pedasaan, dan Muslim  dengan Kristen. Perbedaan tersebut menghambat proses kesatuan yang kuat  di antara orang-orang Palestina sendiri.[15]

Secara eksternal, klaim Palestina sebagai negara bangsa tidak  dianggap oleh orang-orang Eropa, terutama oleh Inggris. Pada tahun 1919,  Lord Balfour[16] menulis sebuah memo, "Zionisme, apakah itu benar atau salah, baik atau  buruk, mereka berakar pada tradisi lama, dalam kebutuhan hari ini,  harapan masa depan, dari kepentingan yang jauh lebih besar daripada  hasrat dan prasangka 700.000 orang-orang Arab yang sekarang tinggal di  tanah kuno itu."[17] 

Panji Haryadi

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun